Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Permakultur: Taman Nyaman, Dapur pun Aman

30 Mei 2021   23:27 Diperbarui: 1 Juni 2021   10:52 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paduan serasi taman dan pekarangan (Dokumentasi pribadi)

Hakikat pekarangan memang usaha tani menetap. Pertanamannya permanen, tetap dari tahun ke tahun. Tidak seperti sawah yang panennya musiman, panen di pekarangan berlangsung sepanjang tahun. Tanam sekali, panen berkali-kali. 

Model permakultur atau pekarangan alami yang saya praktikkan merujuk pada metode "bertani tanpa-bertani" (do nothing farming) ala Masanobu Fukuoka, Bapak Pertanian Natural Jepang, penemu prinsip-prinsip pertanian natural.[3]

Masanobu Fukuoka, Bapak Pertanian Alami Jepang (Foto: Facebook Masanobu Fukuoka)
Masanobu Fukuoka, Bapak Pertanian Alami Jepang (Foto: Facebook Masanobu Fukuoka)
Masanobu menegakkan empat prinsip dasar pertanian alami. Pertama, jangan mengolah tanah, sebab itu membunuh kehidupan di dalannya. Kedua, jangan membunuh gulma, karena gulma bukan musuh. 

Ketiga, jangan menggunakan pupuk buatan dan organik karena hal itu merusak struktur tanah dan susunan hara. Keempat, jangan menggunakan pestisida dan herbisida karena hal itu akan mencemarkan tanah, air, dan meracuni tanaman. 

Dengan mengikuti empat prinsip itu, pertanian alami menyehatkan kembali tanah. Tanaman juga menjadi sehat, hasilnya pun sehat dan bergizi.

Sebuah riset di Jepang menunjukkan bahwa kadar antioksidan apel dari pertanian alami lebih tinggi dibanding apel dari pertanian modern. Rasanya juga lebih enak karena kandungan gula, asam amino, dan asam organiknya tinggi sedangkan nitrogen nitrat rendah.[4]

Saya akan berikan contoh cara menyulap taman menjadi pekarangan alami atau permakultur rumah kota. Karena ukuran lahan sempit, saya hanya menanam sejenis tanaman keras. Tadinya mangga golek, sekarang diganti jambu air. Mangga golek ditebang karena tajuknya mengacaukan jaringan kabel komunikasi.

Klaster bumbu dapur di pekarangan (Dokumentasi pribadi)
Klaster bumbu dapur di pekarangan (Dokumentasi pribadi)
Karena lahan itu tadinya taman, maka konsepnya menjadi campuran: taman-pekarangan. Campuran tanaman hias dan tanaman bahan makanan pelengkap.

Saya menanam berbagai tanaman bumbu dan sayuran di pekarangan itu. Ada jahe, laos, kunyit, kencur, kunci, pandan, sereh, kemangi, dan jeruk purut. Lalu ada singkong sayur, ubi jalar, dan talas. Semua ditanam tanpa aturan, bergerumbul natural, di bidang sempit pekarangan, di antara bidang tanaman hias.

Daun singkong sayur baru dipanen (Dokumentasi pribadi)
Daun singkong sayur baru dipanen (Dokumentasi pribadi)
Tanaman bumbu dan sayuran itu tumbuh tanpa pupuk, tanpa pestisida, dan tanpa perawatan intensif. Tanah juga tak diolah. Saya percaya tanaman mampu tumbuh sendiri, dan menyuburkan tanah melalui pembusukan daun gugur dan batang tua.

Bibit tanaman itu sebagian besar adalah sisa belanjaan bumbu dan sayur dari pasar. Jahe, laos, kunci, kencur, sereh, dan kunyit tadinya adalah bumbu dapur yang sudah tumbuh tunas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun