Jika tak tahu nama Carolus Linnaeus (1707-1778), berarti tak pernah belajar Biologi. Linnaeus, ilmuwan Swedia, adalah "Bapak Taksonomi Modern" dan peletak dasar "Binominal Nomenclature" untuk mahluk hidup.
Ahli botani, zoologi, seksligus dokter (dirauh dalam tempo 6 hari) itu menegakkan aturan dua nama dalam penamaan organisme hidup. Nama pertama disebut "Genus" (marga), nama kedua "spesies" (jenis). Â Keduanya digarisbawahi atau cetak miring, semisal Homo sapiens.
Dalam konvensi penamaan organisme hidup itu, diatur pula penyebutan autoritas, yaitu nama orang yang pertama kali menemukan dan menerbitkan deskripsi  valid atau suatu organisme.  Misalnya Amaranthus retriflexus L. untuk penamaan bayam liar atau bledo. Inisual "L" di akhir nama itu adalah senfkatan Linnaeus, penemu deskripsi varietas bayam tersebut.
Aturan penamaan serupa juga berlaku untuk beberapa hewan unik di Sulawesi. Semisal anoa dataran rendah, Bubalus depressicornis Smith, yang deskrisinya ditemukan H. Smith.  Begitupun dengan nama babi rusa, Babirousa babyrussa Perry, yang deskrisinya ditemukan G. Perry. Â
Masih terkait babi, juga masih berkait dengan Sulawesi, baru-baru ini jagad riset zoologi digemparkan oleh penemuan spesies baru hewan babi (Sus sp).  Spesies baru itu dinamai Sus ngepetus KP.  Sus adalah genus (marga) babi, ngepetus menunjuk pada jenis khasnya, ditandai perilaku ngepet, mencuri uang. KP adalah singkatan nama penemunya yaitu Khrisna Pabichara, Kompasianer asli asal Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Kita ucapkan selamat kepada Daeng Khrisna Pabichara atas penemuan besar bidang zoologi abad ini.(efte)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H