Banyak sudah artikel tip meraih posisi Artikel Utama (AU) di K(ompasiana). Laris-manis pula dibaca orang. Juga dikomentara, "Terimakasih tipnya. Siap praktek."Â
Berhasilkah prakteknya? Â Saya yakin, tidak. Lha, wong artikel tip meraih posisi AU itu sendiri gagal AU. Berarti penulisnya kan cuma umbar teori saja. Prakteknya, gimana Admin K(ompasiana) aja, deh.
Jika soal gagal AU itu dikembalikan pada penulis tip, saya yakin dia akan bilang, "Sabar. Itu kesuksesan yang gagal. Tulis, tulis, dan tulislah." Ya, tulislah terus. Berharap sekali waktu Admin K salah pencet papankunci. Maka tulisan mendadak AU di Kompasiana.
Tapi jangankan Kompasianer. Bahkan Admin K, saya pikir, tak bisa menjamin artikelnya sendiri pasti AU. Karena itu, Admin K tidak pernah berbagi tip menulis AU. Admin hanya berani membagi tip agar artikel menjaring banyak pembaca.
Itu sebabnya saya setia sinikal pada artikel tip meraih AU, atau bahkan pada artikel tip metode dan teknik menulis. Menurut hemat saya, artikel macam itu potensil menjerumuskan orang menjadi pembebek. Lupa menjadi dirinya sendiri.
Hal terpenting bagi seorang penulis, menurutku, adalah karakter khas. Istilahnya: sinyatur (signature), penciri unik. Â Sinyatur itu menjadi pembeda, sekaligus indikasi kualitas pada artikel seorang penulis.
Saya beri contoh, agar jelas. Misalkan saya pinjam-tayang satu artikel Mas Tonny Syariel tentang wisata, pembaca dengan mudah akan mengenali artikel itu sebagai karya Mas Tonny, kendati tayang di akun Felix Tani. Itulah kekuatan sinyatur.
Atau ini. Puisi Mas Katedra tayang di akun milik Bu Fatmi. Pembaca pasti langsung mengenali itu puisi anggitan Mas Katedra. Lalu mungkin mempersekusi Bu Fat sebagai plagiator. Begitulah sinyatur.
Begitu sinikalnya saya kepada artikel tip menulis, sampai-sampai pernah menuliskannya dalam artikel "Jangan Ajari Aku Menulis" di K. Â Itu artikel yang menganjurkan anarkisme literasi. Intinya temukan sendiri cara personalmu menulis, maka artikelmu akan merepresentasikan dirimu yang unik.
Dulu saya bilang anarkisme literasi itu sebagai "metode tanpa metode" penulisan. Tampaknya tak mudah mencerna istilah itu. Walau tak sesulit mencerna makna frasa "kesuksesan yang gagal." Agar lebih mudah dimengerti, tapi tetap provokatif, sekarang saya sebut itu sebagai "formula anti-artikel utama."Â
Inti formula anti-artikel utama itu, jangan pernah menulis artikel demi mengejar posisi AU di Kompasiana. Nanti ujungnya bisa frustasi, lalu berisiko jatuh dalam kegilaan yang waras.Â