Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Air Mata Jokowi untuk Nusa Tenggara Timur

11 April 2021   17:18 Diperbarui: 11 April 2021   22:43 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo menangis saat mengunjungi korban bencana banjir bandang di Nele Lamadike, Adonara, Flores Timur NTT tanggal 9 April 2021 (Foto: tribunnews.com)

"Orang yang kami kagumi, tiba-tiba ada di hadapan kami. Pak Presiden menangis saat turun dari mobil .... Sangat bahagia sampai kami menangis histeris. Presiden yang sangat merakyat, yang selama ini kami hanya lihat di televisi, hari ini, menyalami kami di posko pengungsian." [1]

Ungkapan Yuliana Ina Sedon, salah seorang pengungsi, itu datang dari kedalaman hati warga Nele Lamadike. Itu sudah cukup untuk  menjelaskan bahwa air mata presiden dan warga korban bencana di Adonara datang dari lubuk hati terdalam. Bukan air mata yuyu, kepiting, pencitraan.

Tangis Jokowi di Flotim harus dilihat serangkai dengan tindakannya melepas jaket dan memakaikannya ke tubuh Fransiskus, seorang pemuda korban bencana,  di Desa Tapolangun, Lembata.[3] Itu adalah bahasa simbolik. Dengan itu, Jokowi sedang mengatakan, "Saya akan memberikan apa yang ada pada diriku untuk memulihkan kondisi sosial dan fisik di wilayah bencana ini."

Jokowi memang tidak datang melenggang dengan tangan kosong ke Flotim dan Lembata NTT. Dia datang tidak hanya untuk melihat, tapi untuk bekerja bagi rakyat korban bencana. 

Karena itu, selain membawa langsung bantuan untuk korban, Jokowi juga membawa serta Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Menteri Basukilah yang akan memimpin program pemulihan daerah bencana di NTT.

Apakah Jokowi sedang mengistimewakan NTT, dengan tangisnya di Flotim?  Tidak. Bencana banjir bandang Flotim dan Lembata hanyalah garis ambang ketahanan emosional Jokowi. Atas segala bencana berlapis yang menimpa bangsa ini. 

Di atas bencana pandemi Covid-19 yang seolah tak berujung, bencana alam datang silih-berganti di berbagai penjuru negeri.  Sementara pemerintah dan rakyat berjibaku mengatasi bencana, segelintir politisi dan massa oposan sibuk mencela, menghina, dan menyalahkan pemerintah, hanya demi kepentingannya sendiri.  

Di Flotim, di tengah warga korban bencana, Jokowi menitikkan air mata. Itu air mata keteguhan hati, untuk memberikan apapun yang ada pada dirinya, untuk kemaslahatan rakyat. Bukan hanya  rakyat Nele Lamadike dan Tapolangun, atau Flotim dan Lembata, tapi seluruh rakyat Indonesia.

***

Pada tingkat makro, air mata Jokowi di Adonara merupakan luapan kesedihan atas kondisi kemiskinan yang masih melanda sebagian masyarakat Indonesia. Kondisi yang diperparah oleh kemerosotan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Angkanya diperkirakan  naik lagi dari satu digit (9%) ke dua digit (11-12%). [4]

Secara makro, NTT adalah representasi kelompok provinsi miskin di Indonesia. Merujuk data 2019, dengan jumlah penduduk miskin 20.62%, NTT Termasuk urutan ketiga termiskin di Indonesia setelah Papua (26.55%) dan Papua Barat (21.51%). Angka itu jauh di atas rata-rata nasional (9.22%). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun