Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Syair Luka Petani Gurem

26 Maret 2021   16:24 Diperbarui: 27 Maret 2021   17:02 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari mediaindonesia.com/antara/ari setyawan

Dua puluh  are sawahku kurelakan menjadi aspal  tol. Sebab kupercaya kata-kata penguasa: "Jalan tol mendekatkan sawah ke pasar. Pupuk menjadi murah, gabah menjadi mahal."  Tapi harus kuterima kenyataan: Sawah mendadak mahal, pupuk tetap mahal, gabah tetap murah. Aku tak percaya lagi tuah jalan tol.  

Dua puluh are sawahku tersisa.  Kuterima diriku menjadi petani gurem. Bertani untuk  makan semusim. Maka kusuruh putra pertamaku menjadi tukang martabak, tanpa  harap dia menjadi walikota. Kusuruh putra keduaku menjadi tukang pisang goreng, tanpa harap dia menjadi manajer sepakbola. Aku tak percaya lagi tuah sebidang sawah.

Dua pikul gabah upah panen  kuperoleh dari tuan tanah. Hendak kujual kepada tengkulak dengan harapan harga bagus. Tapi para tengkulak mengabarkan penguasa siap mengimpor sejuta ton beras dari negeri tetangga.  Maka harga gabah hasil keringat semusim terjun bebas di pasaran. Aku tak percaya lagi tuah janji kedaulatan pangan.(efte)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun