Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Betapa Malang Nabi Munsyi Khrisna Pabichara

8 Maret 2021   06:43 Diperbarui: 8 Maret 2021   07:47 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seorang nabi tak diakui di kampung halamannya." Nabi munsyi Daeng Khrisna  Pabichara harus mencamkan nasihat itu dalam hati. Agar tak stres lalu raib (ghosting). Bikin malu kalau sampai begitu. Takada presedennya dalam Kitab Suci.

Daeng Khrisna itu lahir di Kompasiana, berkampung halaman di Kompasiana, lalu menjadi nabi (n kecil) munsyi di Kompasiana. Ya, hajablah dia. Takada yang sudi dengar. Kompasianer tidak, Admin K apa lagi.  "Emangnye siape elo, Daeng. Elo kan cuman anak bahasa di mari." Begitu kira-kira cemohan mereka. Anak bahasa, cing, gue anak paspal, tahu.

Memang Kompasianer dan Admin K selalu manggut-manggut dan merasa bersalah setelah membaca kritik berbahasa Indonesia yang diteriakkan  nabi munsyi Daeng Khrisna. "Oh, aku salah. Oh, begitu, ya. Ya, saya bertobat, deh. Terimakasih, Daeng." Begitu kira-kira ujaran-ujaran mereka. 

Pretdupret! Itu cuma di bibir. Lain di bibir lain di hati. "Ape kate elo, deh, Daeng. Emang gue pikirin. Gak bakalan naikin raihan Imbal K (K-Rewards) juga kalo gue ngikutin nasihat elo." Nah, sejujurnya begitulah.

Itu sebabnya artikel di K masih subur dengan kosa kata Inggris, keminggris. Bukan hanya tulisan Kompasianer, tapi juga artikel topil Admin K. Pada nangkring di ruang AU pula. Sehingga semakin strategis posisinya untuk menghancurkan Bahasa Indonesia.  

Terang saja nabi munsyi Daeng Khrisna naik pitam. Sampai nulis artikel keras menyindir Admin K. "Lalu untuk apa gue nulis kritik berbahasa di K selama ini!" Begitu kira-kira sembur amarah Daeng Khrisnya. Ya, untuk sekadar berbagi, Daeng. Itu kan kata elo. Lupa? Aih, belum 60 udah mulai pikun.

"Nabi adalah seseorang yang berseru-seru di padang gurun." Ingatlah itu, Daeng Khrisna.  Kompasianer dan Admin K takkan pernah mendengarmu. Sebab mereka percaya, kesalahan berbahasa bukanlah dosa yang membatalkan jatah masuk surga. Lagi pula di surga mungkin para arwah "berbicara tanpa bahasa", bukan?

Jadi tetaplah menjadi nabi munsyi malang yang malang-melintang di kampung gurun Kompasiana, Daeng Khrisna.  Sudah pasti suaramu takkan didengar, apalagi diikuti. Memang begitulah panggilan seorang nabi munsyi di K. Atau mau pensiun dari panggilan nabi?

Tapi  Daeng Khrisna, di atas segala kemalangan itu, masih ada nasib mujur. Ya, setidaknya dikau bisa tembus Imbal K di atas nilai Rp 1,000,000. Itu membuat Engkong Felix terlonjak sukaria. Terbayang ditraktir nabi munsyi secangkir kopi kalosi pahit menyehatkan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun