"Seorang nabi tak diakui di kampung halamannya." Nabi munsyi Daeng Khrisna  Pabichara harus mencamkan nasihat itu dalam hati. Agar tak stres lalu raib (ghosting). Bikin malu kalau sampai begitu. Takada presedennya dalam Kitab Suci.
Daeng Khrisna itu lahir di Kompasiana, berkampung halaman di Kompasiana, lalu menjadi nabi (n kecil) munsyi di Kompasiana. Ya, hajablah dia. Takada yang sudi dengar. Kompasianer tidak, Admin K apa lagi. Â "Emangnye siape elo, Daeng. Elo kan cuman anak bahasa di mari." Begitu kira-kira cemohan mereka. Anak bahasa, cing, gue anak paspal, tahu.
Memang Kompasianer dan Admin K selalu manggut-manggut dan merasa bersalah setelah membaca kritik berbahasa Indonesia yang diteriakkan  nabi munsyi Daeng Khrisna. "Oh, aku salah. Oh, begitu, ya. Ya, saya bertobat, deh. Terimakasih, Daeng." Begitu kira-kira ujaran-ujaran mereka.Â
Pretdupret! Itu cuma di bibir. Lain di bibir lain di hati. "Ape kate elo, deh, Daeng. Emang gue pikirin. Gak bakalan naikin raihan Imbal K (K-Rewards) juga kalo gue ngikutin nasihat elo." Nah, sejujurnya begitulah.
Itu sebabnya artikel di K masih subur dengan kosa kata Inggris, keminggris. Bukan hanya tulisan Kompasianer, tapi juga artikel topil Admin K. Pada nangkring di ruang AU pula. Sehingga semakin strategis posisinya untuk menghancurkan Bahasa Indonesia. Â
Terang saja nabi munsyi Daeng Khrisna naik pitam. Sampai nulis artikel keras menyindir Admin K. "Lalu untuk apa gue nulis kritik berbahasa di K selama ini!" Begitu kira-kira sembur amarah Daeng Khrisnya. Ya, untuk sekadar berbagi, Daeng. Itu kan kata elo. Lupa? Aih, belum 60 udah mulai pikun.
"Nabi adalah seseorang yang berseru-seru di padang gurun." Ingatlah itu, Daeng Khrisna. Â Kompasianer dan Admin K takkan pernah mendengarmu. Sebab mereka percaya, kesalahan berbahasa bukanlah dosa yang membatalkan jatah masuk surga. Lagi pula di surga mungkin para arwah "berbicara tanpa bahasa", bukan?
Jadi tetaplah menjadi nabi munsyi malang yang malang-melintang di kampung gurun Kompasiana, Daeng Khrisna. Â Sudah pasti suaramu takkan didengar, apalagi diikuti. Memang begitulah panggilan seorang nabi munsyi di K. Atau mau pensiun dari panggilan nabi?
Tapi  Daeng Khrisna, di atas segala kemalangan itu, masih ada nasib mujur. Ya, setidaknya dikau bisa tembus Imbal K di atas nilai Rp 1,000,000. Itu membuat Engkong Felix terlonjak sukaria. Terbayang ditraktir nabi munsyi secangkir kopi kalosi pahit menyehatkan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H