Ada profesor gadungan di Kompasiana? Ada! Mau tahu namanya? Ya, tepat, Felix Tani.
Siapa yang membongkar kegadungan gelar profesor pada Felix Tani? Ya, Felix Tani sendiri. Memangnya ada orang yang lebih berani dari dia?
Gadungan itu artinya palsu. Kawe, kaleng-kaleng, tong kosong, panci bolong, dompet kosong, atau apalah. Sebut dia dengan panggilan yang paling kau benci.
Felix Tani itu, berani taruhan, tak pernah mengaku-aku profesor. Bukan tabiatnya. Lha, terus, bagaimana ceritanya, kok dapat gelar profesor di Kompasiana.
Persalahkanlah Prov(okator) Al Pebrianov dan Mas Susy untuk kekacauan ini. Merekalah yang memulai panggilan Prof untuk Felix Tani. Lalu yang lain mengikuti tanpa tanya. Ciri khas warganet, langsung percaya. Kalau ketahuan bohong, hujat!
Tapi Prov Al Peb dan Mas Susy tak pernah mengaku salah. Jadi, ya, percuma menyalahkan mereka. Sudah kebal dan bebal. Bikin sebal.
Oleh karena itu sekarang saya menyalahkan orang baru saja. Saya pilih Duo Daeng: Daeng Khrisna Pabichara dan Daeng Rudy Gunawan. Merekalah yang paling aktif kini mempromosikan gelar profesor gadungan Felix Tani. Mudah-mudahan urat salah nereka belum putus.
Sejatinya saya menderita dipanggil Prof. Itu bertentangan dengan nuraniku. Sebab kusadari, saya bukan seorang profesor, guru besar atau ahli peneliti utama (APU). Saya hanya seorang petani benih yang pernah belajar Sosiologi. Lalu akhir-akhir ini mengulik Batakologi. Itu saja.
Karena itu, tolonglah rekan-rekan kompasiner berhenti memanggil saya Prof. Tak ada tampanglah Felik Tani digelari profesor. Lha, petani gurem kok profesor. Apa kata tikus, padi, dan jagung? Bisa habis saya dipersekusi memedi sawah.
Tak baik pula memberi gelar Prof pada seorang yang bukan profesor. Kendati itu sekadar profesor humoris causa, bercanda. Â Kasihan peofesor benaran seperti Mas Ronny, Pak Apolo, Bli Ketut, Bu Suprihati, dan Mas Ludiro.
Juga kasihan Mas Ozy dan Eja Gui yang sudah jenuh dengan gelar MS di belakang namanya. MS, Masih Sendiri.