Saya ingat, Eja Guido yang pernah mengajukan pertanyaan itu. Â Tepatnya, pada salah satu nomor novel Poltak, dia bertanya, "Mengapa tulisan ini tidak boleh jadi Artikel Utama." Â Saya lupa jawaban persis, tapi inti jawabanku, "Tidak boleh."
Mengapa tidak boleh?  Pertama, tentu saja, karena Kompasiana bukan milik nenek Poltak.  Kedua, sekali satu nomor  Poltak diangkat menjadi Artikel Utama (AU), maka semua nomor lainnya harus menjadi AU juga. Lho, kok. Lha, iya, kan semua nomor  kualitasnya sama. Itu kata saya, sih.
Tapi alasan utama, sebenarnya, saya secara sadar telah menganggit novel Poltak untuk tidak menjadi AU.  Kalau mau jadi AU, saya pasti akan tulis tentang "Rahasia Poltak Menaklukkan Hati Berta," "Cerdas tanpa Belajar dengan Limun," "Pedoman Praktis Membantu Persalinan Kerbau ala Poltak", dan hal-hal praktis semacam itu, yang digemari oleh khalayak penggemar jalan instan.Â
Menulis novel dengan pendekatan kenthirisme sujah jelas membuat Min K begidigan.  Jijay baday.  Kira-kira begitu komentarnya, dalam hati. Poltak bukan jenis novel best seller, yang digila-gilai semua lapisan khalayak pembaca.
Tidak, novel Poltak bukan seperti itu.  Poltak adalah novel "luar-garis" atau "arus sempalan".  Pembaca novel jenis ini hanya manusia-manusia cerdas holistik: intelektual, emosional,  spritual, dan sosial.  Itu sebabnya jumlah pembaca novel Poltak sangat sedikit, hanya orang-orang yang itu-itu saja. Kita tahu, pada piramida populasi manusia berdasar kecerdasan, puncak piramida itu kecil.  Koreksi kalau saya salah.
Apakah saya akan berhenti menulis novel Poltak hanya gara-gara tidak boleh AU?  Baca kembali alinea ketiga tulisan ini.  Biasakan membaca artikel secara sistematis.  Jadi, tidak ikut dungu mengharap pertanyaan dungu seperti itu. Â
Oh, ya, artikel ini hanya dibaca orang cerdas. Â Salah seorang diantaranya adalah Min K yang kebetulan sedang piket mencetin label artikel.
Hidup, Poltak! (*)
*Gang Sapi Jakarta, 12.02.2021. Â Selingan di kala suntuk mengarang "puisi" power point.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H