Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengapa Novel "Poltak" Takbisa Jadi Artikel Utama?

12 Februari 2021   14:57 Diperbarui: 12 Februari 2021   15:42 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya ingat, Eja Guido yang pernah mengajukan pertanyaan itu.  Tepatnya, pada salah satu nomor novel Poltak, dia bertanya, "Mengapa tulisan ini tidak boleh jadi Artikel Utama."  Saya lupa jawaban persis, tapi inti jawabanku, "Tidak boleh."

Mengapa tidak boleh?  Pertama, tentu saja, karena Kompasiana bukan milik nenek Poltak.  Kedua, sekali satu nomor  Poltak diangkat menjadi Artikel Utama (AU), maka semua nomor lainnya harus menjadi AU juga. Lho, kok. Lha, iya, kan semua nomor  kualitasnya sama. Itu kata saya, sih.

Tapi alasan utama, sebenarnya, saya secara sadar telah menganggit novel Poltak untuk tidak menjadi AU.  Kalau mau jadi AU, saya pasti akan tulis tentang "Rahasia Poltak Menaklukkan Hati Berta," "Cerdas tanpa Belajar dengan Limun," "Pedoman Praktis Membantu Persalinan Kerbau ala Poltak", dan hal-hal praktis semacam itu, yang digemari oleh khalayak penggemar jalan instan. 

Menulis novel dengan pendekatan kenthirisme sujah jelas membuat Min K begidigan.  Jijay baday.  Kira-kira begitu komentarnya, dalam hati. Poltak bukan jenis novel best seller, yang digila-gilai semua lapisan khalayak pembaca.

Tidak, novel Poltak bukan seperti itu.  Poltak adalah novel "luar-garis" atau "arus sempalan".   Pembaca novel jenis ini hanya manusia-manusia cerdas holistik: intelektual, emosional,  spritual, dan sosial.  Itu sebabnya jumlah pembaca novel Poltak sangat sedikit, hanya orang-orang yang itu-itu saja. Kita tahu, pada piramida populasi manusia berdasar kecerdasan, puncak piramida itu kecil.  Koreksi kalau saya salah.

Apakah saya akan berhenti menulis novel Poltak hanya gara-gara tidak boleh AU?  Baca kembali alinea ketiga tulisan ini.  Biasakan membaca artikel secara sistematis.  Jadi, tidak ikut dungu mengharap pertanyaan dungu seperti itu.  

Oh, ya, artikel ini hanya dibaca orang cerdas.  Salah seorang diantaranya adalah Min K yang kebetulan sedang piket mencetin label artikel.

Hidup, Poltak! (*)

*Gang Sapi Jakarta, 12.02.2021.  Selingan di kala suntuk mengarang "puisi" power point.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun