Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kompasianer Hijau Meraja dengan Puisi Tahun 2020

18 Januari 2021   12:59 Diperbarui: 18 Januari 2021   17:28 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer Verifikasi Hijau (KVH) merajai jajaran 20 Terpopuler Fiksiana dengan puisi di tahun 2020 lalu. Itu kesimpulan utama yang bisa ditarik dari data yang tersaji dalam artikel anggitan Admin K, "Selama 2020 Kemarin, Inilah 20 Konten Terpopuler dari Fiksiana"  (K. 15/01/2020).  

Kesimpulan itu didasarkan pada data berikut (data per 18/01/2020).  Jumlah Kompasianer tercatat 14 orang: 2 orang Kompasianer Non-Verifikasi (KNV), 9 orang KVH , dan 3 orang Kompasianer Verifikasi Biru (KVB).  Totalnya 14 orang, bukan 20 orang, karena ada 2 artikel ditulis satu orang dan 5 artikel lainnya ditulis satu orang juga.

Dari total 20 karya fiksi itu, sebanyak 16 judul adalah puisi (termasuk pantun), 3 judul cerpen, dan 1 judul novel (tepatnya resensi novel).  Itu sebabnya tersimpulkan puisi (termasuk 4 judul pantun) meraja di 20 Terpopuler Fiksiana 2020.

Pertanyaan yang menggelitik:  Mengapa KVH dan juga KNV bisa merajai Fiksiana dengan puisi sepanjang tahun 2020?  Saya akan coba sampaikan analisis sederhana.

Pilihan Trending Topic:  Covid-19

Dari 20 Fiksi Terpoluler 2020, ternyata 9 judul mengangkat isu pandemi Covid-19 yang menjadi topik tren sepanjang tahun itu.  Sebagian terbesar (7 judul) adalah puisi/pantun dan sisanya, 2 judul, cerpen.  

Menariknya, 6 dari  9 judul tulisan bertopik Covid-19 itu tidak mendapat label (Tanpa Label, TL) dari Admin Kompasiana.  Ini menandakan untuk menjadi populer, sebuah artikel tidak harus menyandang label Pilihan ataupun Artikel Utama.  Faktor penentu pertama untuk bisa populer adalah aktualitas topik.  

Jaringan Pemasaran Artikel

Faktor penentu kedua adalah jaringan pemasaran artikel.  Terdapat indikasi kuat bahwa mayoritas pembaca 20 artikel fiksi terpopuler itu bukan Kompasianer. Hal itu terbaca dari jumlah penilaian yang sangat rendah, rata-rata hanya 8 penilaian (exclusive vote) per artikel.  Juga terbaca dari rendahnya jumlah komentar, rata-rata hanya 2 komentar per artikel.

Angka penilaian dan komentar itu lebih rendah lagi jika artikel "Tumbal Pesugihan" (Lilik F. Azzahra) dikeluarkan (72 penilaian, 31 komentar). Jadinya, hanya rata-rata  5 penilaian per artikel dan rata-rata 1 komentar per artikel.

Angka itu tak sebanding dengan jumlah pembacaan atau pageviews (pv).  Secara total, rata-rata pembacaan adalah 24,802 pv per artikel.  Atau, kalau artikel Lilik FA dikeluarkan (karena ekstrim), 23,581 pv per artikel.  

Perhatikan, angka pv terlalu jauh jaraknya dengan angka penilaian dan angka komentar.  Karena itu bisa disimpulkan mayoritas pembaca artikel populer itu bukan Kompasianer.

Diperkirakan pembaca utama adalah khalayak non-Kompasianer.  Hal itu dimungkinkan karena sebagian besar artikel itu (13 judul dengan label Pilihan) disebarkan Admin K juga melalui Twitter Kompasiana.  Lalu, para penulis, termasuk KNV, juga memasarkan artikelnya lewat jalur medsos masing-masing.  Berlaku di sini mekanisme penyebaran virus, sehingga tulisan menjadi viral.

Cermin Mutu Artikel Fiksi?

Popularitas tak berbanding lurus dengan kualitas. Itu kesimpulan lanjut dari analisis ini.  Untuk ukuran kualitas,rujukannya adalah kurasi Admin K: Tanpa Label (mutu rendah), Label Pilihan (mutu sedang), dan Label Artikel Utama (mutu tinggi).  Faktanya:  13 artikel fiksi populer itu Pilihan dan 7 judul Tanpa Label.  

Apa yang bisa dikatakan di sini?  Artikel-artikel di ruang Fiksiana umumnya bermutu tengahan (cukupan, average).   Kecenderungannya menumpuk pada dasar dan tengah piramida mutu.

Faktanya, artikel-artikel Fiksiana memang tergolong paling langka populasinya di barisan Artikel Utama Kompasiana.  Itu saja sudah cukup sebagai dasar mengatakan mutu artikel Fiksiana Kompasiana tidak menggembirakan.  Banyak penulis, tapi sedikitlah panenan artikel bermutu.

Ini rada aneh sebenarnya. Sebab tak kurang penulis fiksi mumpuni di Kompasiana. Ada Uda Zaldy, Ayah Tuah, Daeng Khrisna, Bu Lilik,  Mas Abdullah, dan Mas Aji untuk menyebut beberapa nama dari barat sampai ke timur.  Semua KVB.

Tapi, ya, itulah, mutu puisi atau cerpen mereka agaknya masih di bawah standar Admin Kompasiana. Jarang yang nangkring di ruang AU.

Tapi mungkin tak kuat juga korelasi mutu artikel fiksi dengan status verifikasi. Faktanya, memang artikel 2 orang KNV tak mendapat label. Tapi dari 3 orang KVB hanya 2 artikel tergolong Pilihan, 1 judul lagi Tanpa Label.  

Pada akhirnya, dari sisi pesimistik, bisa dibilang, "Untuk meraih posisi artikel fiksi terpopuler, seorang Kompasianer tidak perlu terverikasi biru dan tak perlu menulis karya fiksi bermutu tinggi. Cukup menulis karya bermutu tengahan, atau rendah juga boleh, asalkan topiknya tren dan disebarkan melalui akun medsos pribadi."

Itu tadi kesimpulan pesimistik yang tak perlu dimasukkan ke dalam hati.  Bagaimanapun, jauh lebih penting dari sekadar kuantitas (viral), hal yang harus dikejar adalah kualitas.  Jika tidak, maka kita selamanya akan terjebak dalam penjara "kasta penulis rendahan."

Menulis karya fiksi itu ibarat mencari sebutir intan, bukan ibarat mencari seorang presiden.  Seorang presiden hanya perlu banyak suara, tapi sebutir intan perlu banyak upaya.

Jangan pernah kendor semangatmu, wahai, para penulis fiksi Kompasiana. (*)

*Poltak Center, Gang Sapi Jakarta, 18 Januari 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun