Dosa rasanya menulis soal ukuran anulaki. Seolah-olah tak ada hal lain yang lebih penting ketimbang urusan torpedo dungu itu. Dungu karena dia tak punya otak, walau punya kepala.
Untuk mengurangi rasa dosa, sengaja pada judul saya cantumkan larangan baca untuk jomlo. Walapun saya tak yakin itu berguna. Tabiat kita untuk nabrak-nabrak larangan. Â Saya yakin, Guido dan Ozy ada di baris depan pembaca artikel ini.
Saya terpaksa menulis artikel ini untuk menetralisir tulisan Daeng Rudy Gunawan, "Ternyata Mak Erot Bukan Satu-satunya Solusi Pria Berukuran Mini" (K. 27/10/20). Artikel itu menawarkan terlalu banyak pilihan cara pembesaran dan ukuran anulaki. Tabiat laki adalah serakah. Dia akan mengambil semua pilihan cara dan ukuran yang ditawarkan. Itu berbahaya.
Penawaran sejumlah cara adalah tanda  kebingungan memutuskan satu cara terbaik. Karena itu saya tidak menganjurkan untuk membaca artikel-artikel berjudul seperti ini: "Lima Cara untuk ..." atau "Tujuh Tip untuk ...". Penulisnya pasti sedang cari teman bingung.
Kebingungan memastikan satu cara yang berlaku sama untuk semua, barangkali juga cermin kegagalan mengamalkan Sumpah Pemuda. Kita misalnya selalu menyanyikan "Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa kita ..." Â Tapi sejak 1928 sampai sekarang, kita belum berhasil menemukan satu cara yang sama bagi setiap kelompok umat beragama untuk mendirikan rumah ibadah. Mungkin karena Sumpah Pemuda tak berlaku untuk orang tua?
Kembali ke artikel Daeng Rudy. Beruntung pembacanya kurang dari 200 orang. Itu artinya tidak banyak Kompasianer yang risau dengan ukuran anulaki. Hanya Daeng Rudy saja yang berpikir itu soal maha penting. Â Tentu saja. Sebagai seorang numerolog, dia akan sengsara jika orang cuek pada angka-angka. Â Ukuran anulaki adalah soal angka.
Angka adalah kepastian tapi di tangan Daeng Rudy dia menjadi relatif. Â Dia tidak mau merumuskan korelasi antara ukuran anulaki dengan tingkat kepuasan. Â Apakah, misalnya, semakin kecil semakin memuaskan? Karena imut lucu menggemaskan? Â
Relatif, katanya. Lha, lantas, untuk apa dia menulis panjang lebar hanya untuk menawarkan relativitas. Bukankah  Einstein dari dulu sudah menyimpulkannya?
Teori relativitas Einstein. Ya, saya pikir, itulah jawaban pasti untuk urusan ukuran anulaki yang mati tidak bernafas, hidup juga tak bernafas itu.
Begini rumusnya: E = mc2 . Â Artinya: jumlah maksimum "energi" yang "dapat diperoleh" dari "suatu objek" untuk melakukan "kerja aktif" adalah "massa objek" dikalikan "kuadrat dari laju cahaya". Perhatikan kata-kata di antara tanda petik ("..."). Paham kan maksudnya?
Catat baik-baik. Â "Massa objek", dengan asumsi laju cahaya adalah tetap, itulah penentunya. Bukan panjang dan diameternya. Emangnya balado terong?(*)