Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Matinya Seorang Penulis

1 Oktober 2020   14:34 Diperbarui: 1 Oktober 2020   15:33 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (beritasatu.com)

Kapan seorang penulis mengalami kematian? Pada saat dia berpikir telah selesai menulis setelah mengakhiri suatu tulisan dengan paragraf penutup.

Mengapa begitu? Karena paragraf penutup sejatinya bermakna sebagai pertanyaan baru yang memerlukan jawaban lebih lanjut.

Maksudnya begini.  Jika paragraf penutup itu sebuah kesimpulan, dan seharusnya begitu, maka dia sebenarnya tidak pernah bersifat final.  Dia bersifat terminal.  Karena darinya perjalanan pemikiran masih harus dilanjutkan ke berbagai arah dan tujuan.

Hal itu ditunjukkan dengan jelas dalam suatu laporan riset yang baik.  Setelah kesimpulan, ada saran untuk riset selanjutnya.  Tujuannya untuk menjawab sejumlah soal yang belum terjawab secara memadai dalam kesimpulan tadi.

Itu sebabnya tulisan-tulisan yang dihasilkan seorang peneliti tersambungkan satu sama lain membentuk satu tubuh besar pengetahuan sistematis di bidang tertentu.  Jika tulisan-tulisan itu tidak saling-bersambung, melainkan acak, maka dia pasti bukan seorang peneliti.  Mungkin dia cuma seorang "pendengung". Entahlah.

Paragraf penutup adalah sebuah terminal pikiran. Suatu perhentian sementara.  Titik tujuan dari satu episode perjalanan pemikiran yang berangkat dari satu titik tolak. Berhenti selamanya  di terminal adalah kematian pikiran.

Pemikiran bukanlah sebatas satu episode perjalanan. Dia adalah sebuah perjalanan sepanjang hidup. Terdiri dari sangat banyak episode yang saling-sambung, terpadu, membentuk sebuah khasanah pemikiran.  

Begitu pula tulisan sebagai sebuah episode pemikiran.  Setiap tulisan harus dilihat sebagai suatu terminal.  Dia hanya selesai dalam episodenya. Tetapi tidak selesai dalam konteks proses penulisan sebagai suatu proses berpikir.  

Bisa dikatakan, setiap tulisan yang telah diselesaikan adalah sumber  inspirasi, langsung atau tidak langsung, untuk tulisan berikutnya.   Setelah selesai menuliskan sebuah pikiran, semestinya akan timbul sebuah kesadaran bahwa masih ada banyak soal yang belum terjawab dan perlu dituliskan.  

Manakala seorang penulis merasa sudah selesai saat menuntaskan paragraf penutup untuk sebuah tulisan, maka pada saat itu dia telah "mati", berhenti berpikir. Siapa yang sudi mati?(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun