Hidup itu harus punya target. Â Kalau tak punya target berarti sudah masuk liang kubur. Â Sebab hanya orang mati yang tak punya target.
Kata orang Batak, maaf kata nih, "Bahkan tahi ngambang di sungai punya target." Â Targetnya tiba di muara dengan meniti arus sungai. Kalau tidak sial disantap ikan.Â
Begitulah. Â Setelah dicurangi mesin Kompasiana, sehingga gagal memenuhi target 888 artikel secara benar, saya menilai perlu menetapkan target baru.Â
Target baru saya menerbitkan 999 artikel di Kompasiana. Itu angka hoki juga: 9+9+9=27, lalu 2+7=9. Â Angka 9 angka hoki. Tentu saja, 9 angka tunggal terbesar sejagad. Â Angka 888? Â 8+8+8=24, lalu 2+4=6. Â Ah, kecil!
Pasti ada yang bilang saya sedang menghibur diri. Â Memang. Saya balik tanya, apa salahnya menghibur diri. Saya kan menghibur diri dengan main angka. Bukan main dengan mahluk penghibur di tempat hiburan.Â
Angka 999 menurutku sangat seksi, menantang dan menggoda. Pantaslah jika ditetapkan sebagai target. Sekurangnya lebih hebat dibanding bersorak saat berhasil mencapai artikel ke 99, bukan?
Apa yang akan saya tulis supaya mencapai target 999 artikel? Â Ya, seperti biasa, soal-soal kenthir demi mencerdaskan bangsa Kompasiana. Â Sebab saya percaya, kenthirisme adalah jalan terbaik menuju kecerdasan sejati. Â
Tidak takut kalau artikel tidak pernah naik ke Artikel Utama? Â Tidak. Justru Admin K yang takut menaikkan artikel saya menjadi Artikel Utama. Karena mereka takut diprotes keras Kompasianer garis lurus, "Artikel kenthir kok jadi Artikel Utama!" Â
Lalu, kapan target 999 artikel akan saya capai? Oh, tidak akan lama. Â Setelah artikel ke-998 terbit, satu jam kemudian artikel ke-999 sudah bisa saya terbitkan. Tidak ada yang sulit di Kompasiana, bukan? Â Kecuali mesin Kompasiana main curang lagi.
Saya tak mau mengikuti jejak Pak Tjip yang babak-bonyok mencapai target 5,000 artikel per 17 Agustus 2020. Â Kesalahan terbesar Pak Tjip: berani menetapkan target 5,000 artikel sebelum menulis artikel ke-4999.
Akhirul kalam, salam merdeka  untuk semua. Omong-omong, konon hanya orang kenthir yang mampu menikmati kemerdekaan sejati. Menulis artikel picisan seperti artikel ini, tanpa takut jadi Artikel Utama,  itu contoh kemerdekaaan sejati. Ada yang mau ikutan? (*)
