Dibanding Pak Tjiptadinata, saya tergolong beruntung. Â Bukan dalam segala hal, hanya dalam soal target capaian jumlah artikel per 17 Agustus 2020.
Pak Tjip harus menyelesaikan artikel nomor 5,000 di Kompasiana, tepat sebelum ayam berkokok tanggal 17 Agustus 2020. Sampai pukul 06 WIB pagi ini, total artikelnya  baru 4,979 judul. Kurang 21 judul lagi.  Masih ada waktu 4 hari, bisa maraton 5-6 artikel per hari.
Saya yakin, kalau melihat riwayat hidupnya yang zonder persneling atret, Â Pak Tjip bisa menggenapi 5,000 judul artikel. Tapi saya khawatir ada seseorang yang sangat ingin melihat Pak Tjip pulang kampung berjalan kaki. Lalu dia menumbukkan alu ke lumpang pukul 01 dini hari, saat artikel nomor 5,000 baru selesai satu alinea, Â sehingga ayam berkokok sebelum waktunya tiba. Â
Jika hal itu terjadi, maka Pak Tjip mungkin akan bernasib seperti Bandung Bondowoso yang gagal mendirikan candi ke-1,000. Maka saya harus menjauh darinya, khawatir dikutuk menjadi artikel ke-5,000. Mohon ada yang mengingatkan Bu Lina juga.
Secara pribadi saya sebenarnya tidak akan berduka sedikit pun kalau Pak Tjip gagal menggolkan artikel ke-5,000-nya. Lha, yang bikin nadar Pak Tjip sendiri, kenapa pula kuikut dukanya.Â
Seperti umumnya kaum nyinyiran yang senang mengumbar kegagalan presidennya, Â saya juga begitu. Â Kegagalan Pak Tjip itu akan saya olah menjadi artikel nyinyir yang superviral. Bukankah kegagalan orang lain itu rejeki bagi pecundang?
Akan halnya targetku sendiri, bukan hal mudah juga sebenarnya. Â Targetku adalah menulis artikel ke-888 sebelum Bendera Poesaka berkibar di depan Istana Presiden tanggal 17 Agustus 2020. Â
Itu bukan target mudah karena urutan ke-888 hanya terjadi sekali saja. Â Lewat satu angka saja, sudah menjadi nomor 889. Artinya, target gagal tercapai. Bahkan numerolog Rudy Gunawan tak akan mampu mengatasinya, kecuali menggunakan operasi hitung 889-1 = 888. Â
Tapi, rasanya saya tak memerlukan jasa seorang numerolog untuk menjawab soal matematika yang bisa dikerjakan Kuntilanak Tunaangka.
Artikel ini sendiri sudah bernomor 887, berarti hanya kurang satu artikel saja. Masih ada waktu empat hari lagi sebelum tanggal 17 Agustus 2020 tiba, bukan? Masih teramat longgar.
Hanya ada satu alasan untuk gagal menggolkan artikel nomor 888: saya malas menulis untuk Kompasiana. Tapi itu kemungkinannya terlalu kecil, karena saya bukan salah seorang dari Admin Kompasiana, bukan?