Saya tak hendak menampik kemungkinan seseorang yang bukan ilmuwan formal bisa menemukan obat penyakit. Sebab saya tahu ada petani yang tak lulus SD yang bisa menemukan benih unggul baru, pupuk organik, dan bio-pestisida. Itu bisa saja tetjadi. Â
Tapi misalkan pun HP, Â dengan kapasitasnya sebagai lulusan Strata 3, benar menemukan antibodi herbal penakluk Covid-19, maka saya pantas meragukan temuan itu karena tidak melalui sebuah prosedur riset dan uji klinis yang bisa dipertanggung-jawabkan. Â Hanya ada klaim kehebatan saja. Bagi saya, itu sama saja dengan "tukang obat trotoar" yang mempromosikan tablet Vitamin B sebagai "obat kuat lelaki".
***
Saya hanya ingin menyampaikan pesan, "Pemancing selalu mengambil manfaat di air keruh (tanda ikannya banyak). Â Dia akan datang menawarkan umpan enak. Â Sekali ikan terkait ke mata pancing, maka upahnya adalah berenang dalam kuali."
Sekarang ini bangsa kita sedang dilanda pandemi penyakit fisik, terutama Covid-19 dan pandemi penyakit rohani, terutama  keraguan pada kuasa dan kebaikan Tuhan.  Khalayak mendamba obat manjur untuk melawan pandemi ganda itu.
Itulah kondisi "air keruh" yang menjadi kolam "pemancingan rejeki" bagi para "Profesor Humoris Causa". Â Mereka datang menawarkan obat jasmani dan atau rohani dengan cara yang meyakinkan dan jenaka. Â Membuat kita jatuh hati dan percaya kepada mereka.
Lalu, kita mungkin dengan gembira percaya pada ramuan penakluk segala penyakit, atau ramuan ayat pembuka surga, dari para "Profesor Humoris Causa" itu. Lalu kita menelannya mentah-mentah begitu saja, tanpa pernah berpikir kritis, bahwa "ramuan" itu mungkin berdampak horor bagi hidup kita.
Janganlah hal itu sampai terjadi. Â Sebab jika itu sampai kejadian, percuma juga kita mengumpati para "tukang obat" itu sebagai "Profesor Hororis Causa". Karena itu waspadalah senantiasa, mereka ada di sekitar kita. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H