Orang Jakarta tabiatnya begitu: menginjak orang jatuh, menggandeng orang berdiri.
Aku membayangkan, suatu ketika nanti, warga Jakarta tidak bisa lagi jalan kaki. Kaki-kaki mereka lumpuh, terdisfungsi, karena minim penggunaan.Â
Semua gerak perpindahan fisik warga Jakarta dilayani oleh transportasi modern. Termasuk lift, eskalator, dan kereta gelantung.
Tapi aku juga berpikir. Untuk 100 tahun ke depan warga Jakarta mungkin tidak memerlukan kaki. Â Saat itu Jakarta mungkin sudah tenggelam, sehingga yang diperlukan adalah sirip ekor.Â
Jadi, saat itu warga Jakarta mungkin berharap lahir sebagai putra-putri duyung. Â
Cukup sampai di sini tulisan ngawur ini. Kelamaan isolasi mandiri di "rumah aja" membuat otakku jadi liar. Semua gara-gara Mbak Covidiawati dan Mas Covidiawan. Enyahlah kalian!.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H