Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Jalan Kaki, Keahlian yang Terancam Punah di Jakarta

1 Juni 2020   06:45 Diperbarui: 1 Juni 2020   09:38 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba amati Jakarta, sebagai representasi kota-kota. Di sini segala moda transportasi modern tersedia.  Dari sepeda motor, mobil pribadi, oplet kota, bus kota, keteta api, LRT, sampai MRT.  Tinggal pilih sesuai arah dan tujuan.

Transportasi kota Jakarta amat memanjakan warganya. Sekarang, dari Blok M ke Gedung Asean di Jakarta Selatan, warga Jakarta pilih naik MRT. Tiga menit sampai.

Padahal jarak Blok M ke Gedung Asean hanya 850 m.  Bisa ditempuh jalan kaki 11 menit. Jatuhnya tidak beda dengan naik MRT yang butuh waktu 8 menit turun-naik stasiun. Bedanya naik MRT hemat keringat. Itu saja.

Warga Jakarta telah menjadi warga termanja se-Indonesia. Jarak ratusan meter saja naik kendaraan.  Fungsi kaki-kaki mereka sudah digantikan roda-roda transportasi. 

Lihatlah, jarak 200 meter saja anak-anak kampung menggeber motor dengan kecepatan 70,000 meter per jam.  Untuk apa coba.  Kalau bukan pamer kemalasan jalan kaki.

Kemarin Poltak memesan bakso seporsi lewat jasa ojek online.  Tahu seberapa jauh jarak warung bakso dari rumahnya? Cuma 100 meter. Alasannya, pemerataan rejeki di masa pandemi Covid-19.  Halah, ngaku malas jalan kaki aja pakai dalih filantropis.

Anggota badan itu, kalau lama tidak dipakai perlahan-lahan akan terdisfungsi alias lumpuh.  Orang jarang makan daging, lama-lama taringnya tumpul sehingga geliginya menjadi rata mirip punya sapi.

Begitu dulu kata guru biologi di SMP. Lalu Poltak berpikir kreatif. Kalau setiap hari dia latihan mengepakkan kedua tangannya, pasti kelak akan berubah menjadi sayap.  Lalu dia bisa terbang bagaikan burung.  

Betul saja, saat kakek dan neneknya meninggal dunia, Poltak sudah bisa terbang.  Setelah menguras tabungannya untuk beli tiketkapal udara.

Tapu itu cerita ngawur.  Aku cuma mau bilang, karena terlalu dimanja transportasi modern, warga Jakarta itu semakin malas jalan kaki. 

Paling banyak kaki warga Jakarta kini dipakai untuk injak gas dan kopling kendaraan. Ini mungkin semacam latihan menginjak-injak orang lain, demi sesuap nasi atau sekepal berlian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun