Bagi Basuki, revitalisasi Monas berarti  "menghidupkan kembali".  Faktanya revitalisasi Monas versi Anies berimplikasi "pembunuhan 205 batang pohon".  Jadi sangat jelas Basuki dan Anies punya pandangan yang bertolak-belakang tentang revitalisasi Monas.
Kali ini Anies betul-betul "mati kata". Benar belaka dia belum mengantongi ijin revitalisasi Monas dari Dewan Pengarah. Jadi, mau berdalih macam apa lagi. Tambahan revitalisasi Monas itu anti-mitigasi banjir, karena memangkas luasan ruang terbuka hijau di Jakarta. Dengan kata lain mengurangi luas area tangkapan air (hujan).
***
Cara terbaik membungkam ahli narasi adalah menunjuk langsung ketakmampuannya mengeksekusi narasi yang dibangunnya. Â
Itulah yang dilakukan Basuki terhadap Anies. Â Tanpa tedeng aling-aling secara frontal menyatakan bahwa Anies tidak mampu menjalankan mitigasi banjir di Jakarta. Tidak normalisasi, tidak juga naturalisasi sungai (dan drainase vertikal) yang dinarasikannya sebagai solusi terjitu untuk banjir Jakarta.
Baru kali ini ada pejabat tinggi, namanya Basuki, jabatan Menteri PUPR yang secara objektif langsung "tunjuk hidung" pada Anies soal ketakmampuannya memitigasi banjir Jakarta. Â Baru kali ini pula argumen bela diri Anies berantakan, keluar dari konteks, sehingga dia terlihat sebagai "anak kecil yang menyalahkan temannya atas kekacauan yang dibuatnya".
Bahkan baru kali ini seorang Anies Baswedan yang piawai menata kata sampai tersudut  mati kata.  Ternyata tidak butuh seorang penata kata handal untuk menekuk Anies, cukup seorang "penata bata" mumpuni.
Lantas apa makna peristiwa ini secara politik? Simpel saja. Â Anies telah berhadapan dengan rival tangguh menuju perebutan kursi pada Pilpres 2024. Â Rival itu adalah Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024.
Basuki adalah " kloning sosial" Jokowi. Mulai dari langgam bicara sampai langgam kerjanya, persis serupa Jokowi. Basuki adalah tipe orang yang berbicara tentang apa yang benar-benar dikerjakannya untuk bangsa dan tanah air. Â
Kebalikannya adalah Anies Baswedan. Anies adalah tipe orang yang berbicara tentang apa yang menurutnya bagus untuk bangsa dan tanah air (dalam hal ini direpresentasikan Jakarta). Tapi dia tidak mampu menjalankannya.
Secara sederhana, bisa disimpulkan, saat Anies masih sibuk dengan narasi pembangunan, Basuki sudah sibuk dengan eksekusi di lapangan.