Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Anies Kritik Jokowi, Anies Tak Ditangkap

31 Mei 2019   11:33 Diperbarui: 31 Mei 2019   11:50 2922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dan Gubernur Anies Baswedan saat peresmian pengoperasian MRT Jakarta (Foto: detik.com/Rengga Sancaya)

Masih banyak kritik Anies kepada Jokowi selaku Presiden RI, baik eksplisit maupun implisit. Tapi tak satupun dari kritik itu menyebabkan Jokowi menangkap Anies. Alasannya karena Anies tidak mengritik atau menyerang Jokowi selaku pribadi, tetapi selaku sebagai Presiden RI.

Mungkin ada yang bilang, soalnya Anies membungkus kritiknya dalam bahasa dan kalimat yang santun. Jadi tidak menyinggung perasaan Jokowi.  Oh ya? Tahu Fadli Zon dan Fahri Hamzah, bukan? Tahu juga betapa vulgar dan kasar bahasa dan kalimat kritik mereka pada Presiden Jokowi, bukan?  Saya tak perlu kutipkan contoh kritiknya.   Saya hanya mau tanya, apakah Jokowi menangkap "duo kritikus" Fadli-Fahri?

Ujaran Anies,   "Saya nggak pernah menangkap orang yang mengkritik saya", itu sejatinya juga kritik implisit pada Jokowi.   Sebab ujaran itu tak ada relevansinya dengan petisi "Pecat Anies Baswedan".

Ahmad Riza Patria, Ketua DPP Gerindra yang mengeksplisitkannya.  Katanya, "Anies nggak pernah begitu. Emang Pak Jokowi, orang semua ditangkap-tangkapin, gitu loh. Bentar-bentar semua ditangkapin. Nggak boleh gitu." ("Gerindra Puji Anies Tak Tangkap Pengritik:  Emang Jokowi, Semua Ditangkap", detik.com, 27/5/19).

Entah siapa barisan "tukang kritik" yang telah ditangkap Jokowi.   Saya tidak pernah dengar, baca, atau tonton berita Jokowi memangkap seseorang karena telah mengritiknya.  Tapi saya tahu ada satu orang warga yang telah ditangkap karena mengancam akan menyembelih Jokowi dan seorang lagi karena mengancam akan membunuh Jokowi.   

Tidak perduli apapun motifnya, iseng numpang "bengkak" (sohor) atau serius, orang yang melontarkan ancaman pembunuhan kepada Presiden atau Kepala Negara memang harus ditangkap. 

Jadi, baik Anies Baswedan maupun Ahmad Riza Patria, telah menyatakan sesuatu yang tidak relevan.  Intinya, mereka berdua mau mengritik Pemerintahan Jokowi yang terkesan getol menangkapi oknum-oknum pendukung atau simpatisan Capres-Cawapres Prabowo-Sandi.  Tanpa mengungkap jujur, bahwa mereka ditangkap bukan karena mengritik kebijakan dan program Presiden Jokowi.

Khusus tentang Anies, jika ada persoalan dengan kritiknya pada Jokowi, maka itu adalah soal etika.  Apakah seorang bawahan (Gubernur) pantas mengritik atasan (Presiden) secara terbuka di ruang publik. Saya jawab, "Tidak pantas."  Tapi Anies yang terkenal santun itu melakukannya, dan Jokowi tak menangkapnya karena itu.

Memang tidak ada kasus atasan menangkap bawahan yang mengritiknya. Yang ada atasan memecat bawahannya yang doyan mengritik, tapi tidak becus kerja.

Pernah dengar kisah Nasruddin Hoja yang dipecat dari jabatannya sebagai karyawan istana karena tidak becus kerja tapi doyan mengritik?   Suatu hari Raja mau keluar istana, lalu menyuruh Nasrudin keluar ke depan istana untuk memastikan apakah cuaca cerah atau hujan.  

Karena istana begitu luas dan jarak kamar Raja ke pintu depan sangat jauh, Nasruddin  bersungut-sungut mengritik Raja sebagai orang zalim.  Masa untuk memastikan cuaca saja harus menyiksa karyawan dengan jalan kaki jauh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun