Di pelukan dingin subuh aku tegak bersedekap menatap timur. Â Mataku menangkap siluet remang bulan dan bintang di pucuk kubah masjid kampung. Â Di latar belakangnya tirai langit jernih biru membentang luas ke batas tatap. Bulan sabit tersenyum merekah emas di sisi kanan kubah masjid itu. Â Bintang kejora berbinar cerah di sisi kirinya. Â Bulan dan bintang damai bersanding dalam terang di langit.
Lelaki-lelaki kampung dalam balutan gamis putih melangkah pasti menuju masjid menjawab panggilan adzan subuh. Senyum serupa bulan sabit emas dan mata berbinar serupa bintang kejora menghias wajah-wajah saleh mereka. Â Sejurus kumandang shalat subuh berjamaah menggemakan gelombang damai ke delapan penjuru bumi.
Ya Tuhanku, Ya Allahku!* Â Kasihanilah negeri kami. Â Datanglah KerajaanMu di atas bumi Indonesia seperti di dalam Surga.** Â Amin. Â Aku berdoa dalam hati seiring kumandang azan subuh dari masjid kampung.
*) Ucapan terkenal dari Santo Thomas Didimus Rasul.
**) Petikan adaptasi dari "Doa Bapa Kami".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H