Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Disinformasi: Dari Gas Klorin ke Gulai Ayam Berujung Sesal

6 Maret 2019   08:49 Diperbarui: 6 Maret 2019   18:40 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran salah satu ruangan di PT Toba Pulp Lestari, Tbk (dahulu PT Inti Indorayon Utama), Porsea tanggal 10 Oktober 2018 sempat menimbulkan kepanikan warga setempat karena disangka ledakan gas klorin seperti tahun 1993 (Foto: infopublik.id)

"Lagi pula, siapa nanti yang akan menjaga kerbau-kerbauku," tambahnya.

Kakek Poltak alasannya lebih praktis lagi."Sudah sakit-sakitan begini, mengapa harus takut mati?" katanya."Dalam Injil dikatakan bahwa kematian adalah kemenangan," lanjutnya.

Entah benar entah tidak ada dalam Injil dikatakan begitu, entahlah. Yang pasti kakek Si Poltak ini rajin baca Kitab Suci walau tak pernah ke gereja. Dan tidak ada yang menyebutnya kafir.

Maka tinggallah kakek dan nenek Si Poltak di kampung. Mungkin mereka berpikir hidup berkepanjangan tak penting-penting amatlah.

"Umur kami tujuh puluh tahun, jika kuat delapan puluh tahun, kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan," kata Kakek Poltak. Itu pasti kutipan dari Mazmur, entah ayat berapa.

Nenek Poltak adalah tipe manusia kreatif bahkan saat menghadapi kemungkinan mati keracunan gas klorin. 

"Kita harus makan enak!" katanya pada Kakek Poltak. Maka dipotonglah ayamnya yang paling gemuk dan diolah dengan terampil menjadi gulai ayam ala Batak yang pasti nikmat.

"Sebelum mati kita makan-makan enak dulu. Jangan sampai mati kelaparan," katanya saat mengangsurkan sepiring nasi dan dua potong gulai ayam ke hadapan Kakek Poltak.

Begitulah, kakek dan nenek Si Poltak makan enak berlauk gulai ayam selama hari-hari sebagian warga desa mengungsi. Ya, setidaknya itu cara terbaik yang dapat mereka lakukan untuk menjemput kematian. Jika gas klorin sialan itu nanti datang.

***

Setelah tiga empat hari tidak ada kabar kematian karena keracunan gas klorin tersiar dari Porsea atau Toba umumnya, warga Desa Panatapan pulang kembali ke kampungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun