Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Polusi

19 September 2018   08:35 Diperbarui: 19 September 2018   12:50 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di rimbun pohon beringin tua itu rupanya Engkau menegurku tersamar di rupa kicau burung-burung di pagi hari.

"AnakKu, lihatlah mentari pagi Jakarta di langit merah darah oleh tabir asap buangan mesin mobil tuamu kemarin pagi."

Skeneri siluet salib dalam bingkai langit merah indah itu rupanya adalah kalimat peringatan dari-Mu akan nasibku nanti  di suatu hari.

Dahulu Engkau  sudah pernah menunjukkan nasib itu padaku dalam rupa mujair asap tergantung di atas tungku milik nenekku di suatu pagi.

"Baiklah, aku berjanji padaMu, mulai besok pagi mobil tua ini aku istirahatkan di garasi."

Engkau pasti sedang tertawa sekarang, dalam nada kasihan, sebab aku baru saja berbohong padaMu lagi.***

Jakarta, 19 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun