Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perginya Ibu Ihromi, Pejuang Hukum Adat dan Kesetaraan Gender

6 Agustus 2018   09:27 Diperbarui: 6 Agustus 2018   15:37 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu Ihromi adalah salah seorang tokoh perempuan masa Orde Baru yang gigih memperjuangkan kesetaraan gender dalam pembangunan.   Dalam rangka itu Bu Ihromi dan koleganya, Saparinah Sadli mendirikan Pusat Kajian Perempuan UI tahun 1979.  Lalu kemudian, tahun 1990, bersama koleganya  mendirikan Program Magister Studi Kajian Wanita di UI.

Mengikuti Pusat Kajian Perempuan UI, menjamur kemudian pendirian pusat serupa di berbagai Perguruan Tinggi Negeri. Semuanya bergerak seirama memperjuangkan pengarus-utamaan gender (gender mainstreaming) dalam pembangunan nasional. Targetnya kesetaraan gender (perempuan dan laki-laki) dalam hal peranan, hak, dan kewajiban dalam proses pembangunan nasional.

Tentu Bu Ihromi tidak berjuang sendiri.  Selain dengan Bu Saparinah, beliau bahu-membahu dengan sejumlah tokoh nasional perempuan, antara lain Melly G. Tan dan Yulfita Raharjo (LIPI), Achi Luhulima dan Syamsiah Ahmad (Kementerian Peranan Wanita), dan Pudjiwati Sajogyo (IPB).

Kesetaraan gender memang belum sepenuhnya tercapai kini di Indonesia. Tapi harus diakui perjuangan Bu Ihromi dan kawan-kawannya telah berhasil memastikan keberlakuan pengarus-utamaan gender dalam pembangunan.  Dampaknya, kini perempuan dapat bersaing terbuka dengan laki-laki di ruang atau sektor publik, termasuk politik.

Ibu yang Susah Ditolak

Ibu Ihromi, sepanjang yang saya kenal,  adalah orang yang sangat susah ditolak permintaannya.  Bukan karena beliau menggunakan otoritasnya selaku  Guru Besar Hukum Adat, tetapi karena menggunakan hati seorang Ibu yang lembut dan santun.

Saya termasuk orang beruntung pernah diajar langsung Bu Ihromi dan  diajak ikut penelitian Hukum Adat Waris batak Toba.  Juga beruntung  dimintai tolong untuk menulis dua artikelmasing-masing  untuk satu buku yang disuntingnya dan satu lagi suntingan E.K. Masinambow untuk perayaan 70 tahun usianya.   

Buku yang saya maksud adalah Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Yayasan Obor Indonesia, 1999) dan Hukum dan Kemajemukan Budaya: Sumbangan Karangan untuk Menyambut HUT ke-70 Prof. Dr. TO Ihromi" (Yayasan Obor Indonesia, 2000).

Ketika meminta saya untuk menulis dua artikel itu, dengan suaranya yang lembut tapi artikulasinya tegas, disertai senyum khasnya,  Ibu Ihromi bertanya: "Saya boleh minta tolong Bapak menyumbangkan satu artikel untuk buku yang sedang kami sunting?"

Atau ketika meminta saya membantu beliau melakukan penelitian hukum adat Batak Toba, perkataannya susah ditolak: "Apah Bapak punya waktu bersama kami meneliti soal hukum adat waris Batak Toba?" Beliau selalu menyebut "Bapak", sekalipun saya cuma muridnya.

Saya tak pernah kuasa menolak permintaan Ibu Ihromi  yang disampaikan dengan nada kasih seorang ibu seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun