Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tak Ada Kupu-kupu di Tempat Konservasi Kupu-kupu

7 Maret 2018   13:55 Diperbarui: 7 Maret 2018   15:44 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wajib hukumnya ke Bantimurung," saran teman lama yang sekarang buka restoran es pallubutung di Maros, Sulawesi Tengah, pada suatu siang yang terik di penghujung Desember 2017 lalu.

Tadinya saya dan keluarga, kami berempat, berencana melihat obyek wisata Gua Prasejarah Leang-leang dan perbukitan karst Rammang-rammang. Yang terakhir ini merupakan area karst terluas kedua di dunia, dan sudah direkomendasikan sebagai situs warisan dunia.

"Tidak usah ke Rammang-rammang. Kurang menarik. Ke sana cuma naik perahu katingting di antara hutan sagu," sergah teman tadi. Ya, dia orang situ, jelas obyek itu biasa-biasa saja baginya.

Tapi, ya, sudahlah. Ikut saran teman, kami putuskan untuk pergi ke Gua Leang-leang dan selanjutnya Bantimurung saja.

Maka setelah menutup makan siang dengan suguhan khusus es pallubutung di restoran milik teman tadi, kami segera beranjak ke lokasi tujuan wisata.

Gua Leang-leang adalah tujuan pertama. Tapi pengalaman di sana akan saya kisahkan lain waktu saja. Sekarang saya ceritakan kunjungan ke lokasi kedua dulu, Bantimurung.

Setelah membeli tiket masuk, kami berempat  melangkahkan kaki ke dalam kawasan Bantimurung. Kawasan ini merupakan bagian dari Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan.  Total luas arealnya 43,750 ha, mengiris sebagian wilayah Maros dan Pangkep.

Berkunjung ke Bantimurung berarti berkunjung ke "Kerajaan Kupu-kupu". Itu nama pemberian Alfred Russel Wallace, saintis pertama yang mengeksplorasi kawasan itu bulan Juli-Oktober 1857. Wallace melaporkan temuan 256 spesies kupu-kupu di sana.

Dari penjaja jajanan yang beroperasi di dalam kawasan, kami mendapat informasi habitat kupu-kupu ada Danau Kassi Kebo, di ujung jalan setapak yang terentang mengikuti tepi sungai ke area hulu. Jaraknya sekitar 1 km dari pintu masuk kawasan.

Perlu sedikit usaha karena sebelum mencapai area landai di atas, kami harus mendaki rentetan anak tangga. Kalau tidak salah hitung semuanya 119 anak tangga. Tapi ada nikmat alamnya, karena di sisi kanan kami bisa menikmati hamburan dahsyat air terjun Bantimurung.  Di bawah sana terlihat banyak pengunjung yang terjun berenang-renang meniti aliran sungai yang deras.

Saya kira, kami menghabiskan waktu sekitar 20 menit perjalanan di bawah naungan sejuk tajuk hutan, sebelum akhirnya tiba di tepi Danau Kassi Kebo. Danau ini kecil,  sebagian tepiannya berpasir.  Suasana sekitar terasa mistis, tapi tetap memancarkan keindahan hutan basah tropis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun