Sedangkan dolung-dolung di Parapat dijajakan ibu-ibu dengan cara menyungginya dalam bakul di atas kepala. Sambil berteriak pada penumpang bus, “Dolung inaaang… dolung amaaang…!” (Dolung ibuuu…dolung bapaaak…!)
Sebenarnya bukan hanya orang Medan, atau Sumatera Timur umumnya, yang suka makan ombus-ombus atau dolung-dolung. Warga kota lain yang kebetulan melintas di Siborong-borong kerap juga beli ombus-ombus. Begitu juga yang lewat Parapat, sering beli dolung-dolung.
Sejatinya, lebih dari sekadar kue kerinduan Batak rantau, ombus-ombus sudah menjadi trademark Kota Siborong-borong. Di kota kecil ini bahkan dibangun patung penjaja ombus-ombus lengkap dengan sepedanya sebagai tetenger. Begitu pun dolung-dolung sudah menjadi trademark kota Parapat. Saya berharap suatu saat akan melihat patung ibu penjaja dolung-dolung disunggi dalam bakul di kepalanya di kota itu. Mungkin ada putra Parapat yang tergerak membangunnya?
Jadi, kalau lewat atau singgah di Siborong-borong, jangan lupa jajan ombus-ombus. Juga kalau kebetulan lewat atau singgah di Parapat, jangan lupa makan dolung-dolung. Kalau tidak, jangan pernah mengaku pernah dari sana, sebab akan dicap pembual besar.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H