Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Metode Tulisku Adalah Tanpa Metode

1 September 2016   14:32 Diperbarui: 1 September 2016   14:49 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergulatan metodik saya sejatinya terjadi dalam ranah riset sains sosial. Pergulatan yang berujung pada ungkapan anarkis “metodeku adalah tanpa-metode”,  menyitir Brian Jackson. Saya tiba di situ setelah bertahun-tahun “terpenjara” oleh batas-batas saintifik yang dingin dan kaku tanpa ruh. Ujung itu teraih berkat perjumpaan dengan Paul Feyerabend yang mengajarkan paham “menentang metode” (against method). Intinya, menurut Feyerabend, tidak ada itu yang disebut metode ilmiah. Jadi, apa saja boleh dalam sains.

Saya kemudian menerjemahkannya pada ungkapan anarkis (yang subyektif)  “cara apa saja boleh sejauh logis, etis, dan estetis”. Karena tak didikte oleh suatu metode baku maka, dalam riset sosial,  saya ringan saja menerapkan “metode tanpa-metode”.

Lantas apa implikasi “metode tanpa-metode” itu? Yang jelas saya bisa melepaskan diri dari apa yang disebut Aji sebagai beban “kategori” yaitu "keharusan untuk selalu rasional ala saintisme". Justru karena dengan anarkisme metodik, saya terbebaskan dari rigiditas kaidah-kaidah “metode sains” yang tak berjiwa itu. Terbebaskan dari “kekang” atau “kacamata kuda”  konsep-konsep kategoris saintik dalam tafsir dan pemaknaan.

Maka, melalui “metode tanpa-metode” saya dengan sendirinya terfasilitasi untuk “mengada” dalam setiap karya dan karsa saintik. Mengada dalam arti berbeda dari karya dan karsa saintik arus utama yang baku, kaku, atau sebenarnya angkuh. Itulah “signature”, penciri, atau “ke-saya-an” menurut istilah Aji. 

Apakah dengan anarkisme metode itu lantas konsep dan teori saintifik tak punya peran dalam proses  kerja riset saya? Tentu saja punya peran sangat penting. Tapi terutama bukan sebagai pagar pembatas, melainkan penajam intuisi. Sebab dalam praktek metode tanpa-metode, sesungguhnya intuisilah yang menuntun cara dan arah kerja.

Metode tanpa-metode itulah yang kemudian saya terapkan dalam kerja menulis. Maka saya mengaku bahwa metode tulisku adalah tanpa-metode. Ini yang saya sebut anarkisme tekstualisasi, sebangun dengan anarkisme metode dalam riset sosial.

Tak ada kesukaran untuk mengalih-terapkan anarkisme metode atau metode tanpa-metode itu dari ranah riset saintifik ke tanah tulis-menulis atau tekstualisasi. Sebab bagi saya proses tekstualisasi pada dasarnya proses riset juga. Jadi, meriset dan menulis pada hakikatnya sama.

Tentu bukan maksud saya untuk menasihati rekan Aji dengan berbagi pengalaman subektif semacam ini. Setiap orang adalah unik sehingga satu sama lain mustahil mereplikasi pengalaman. Saya bukan model untuk Aji atau siapa saja.

Tapi, kalau boleh berbagi amatan, saya sebenarnya sudah melihat “signature ke-Aji-an” dalam tulisan-tulisan Aji. Dalam arti saya bisa bilang, “Hanya Aji yang bisa begini.”

Jadi, saya khawatir pergulatan Aji sebenarnya bukan kegalauan metodik, melainkan lebih pada sindrom marginalitas. Saya khawatir persoalan Aji sebenarnya adalah kegamangan dalam pilihan antara melintas batas ke ranah posmodernitas, atau tetap di wilayah modernitas, atau bolak-balik semaunya antara ke duanya.

Kegamangan yang menempatkan Aji berdiri risau di garis batas, margin(alitas), sehingga tak pernah bisa dengan tepat melihat “ke-saya-an”nya dalam setiap anggitan susastranya. Padahal, apa yang disebutnya “metode menemukan karakter puitika” sudah ada di tangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun