Asal tahu saja, kawasan Kemang Raya itu sudah menjadi langganan banjir sejak 1960-an. Padahal waktu itu bantaran Kali Krukut masih berupa rawa. Belum ada bangunan permanen seperti sekarang. Hotel Grand Kemang sekarang pada waktu itu masih tanah kosong yang dimanfaatkan untuk pangkalan tank Angkatan Darat. Restoran KFC sebelah timurnya adalah rumah Jenderal Gatot Subroto. Apartemen The Mansion masih berupa rumah warung Bob Sadino. Bantaran Kali Krukut kadang-kadang masih didarati pesawat capung.
Seiring dengan tumbuhnya pemukiman, dan kemudian gedung-gedung tinggi, di bantaran kiri dan kanan Kali Krukut, banjir semakin kerap terjadi. Bangunan menjepit badan air yang menjadi sempit mulai dari tol Simatupang di selatan sampai Tendean di utara. Dengan kondisi seperti itu, banjir otomatis sudah menjadi risiko tak terelakkan bagi penghuni sepanjang alur Krukut. Banjir diundang sendiri.
Banjir terparah yang pernah saya alami terjadi, kalau tak salah, tahun 2004. Banjir bertahan sampai 3 hari. Kedalamannya di depan Kemchick sempat mencapai leher orang dewasa. Dalam tiga hari itu saya dan keluarga tidak bisa pulang ke rumah, di salah satu kampung di antara Kali Krukut dan Kali Mampang di sebelah timur. Semua jalan akses terputus oleh genangan banjir. Lalu-lintas dari Kemang sampai tol Simatupang mandeg total pada malam pertama banjjr. Banyak orang bermalam dalam mobil di jalanan.
Jadi, banjir Sabtu kemarin bukanlah yang terburuk, walau paling banyak makan “korban” mobil kelelep. Lagi pula Ahok tak ingkar janji untuk mengatasi banjir itu dalam hitungan jam. Dia langsung mengerahkan petugas untuk menanganinya.
Tadi pagi pukul 7.30 WIB saya lewat dari Kemang Raya. Jalanan sudah kering. Bisa dilalui dengan aman. Sementara petugas pemadam kebakaran berjibaku menyedot genangan air di basement The Colony dan Tamani Cafe. Agar mobil-mobil yang kelelep bisa dievakuasi.
Besok saya akan lewat lagi di jalan itu. Seperti yang sudah-sudah kegiatan ekonomi pasti akan menggeliat lagi di sana, sambil menunggu banjir berikutnya. Sementara sejumlah orang masih akan tetap menyalahkan Ahok sebagai biang penyebab banjir berkelanjutan di Jakarta.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H