Berdasar angka itu, bisa disimpulkan, kalau Pilgub DKI diselenggarakan tanggal 5-10 Januari 2016, maka dipastikan Ahok akan keluar sebagai pemenang.
Sahihkah menyimpulkan elektabilitas Ahok “sangat rendah” berdasar data hasil survey CSIS itu. Tentu saja tidak. Pembandingannya harus kepada tokoh lain. Bukan ke angka total 100%. Data survei itu menunjukkan bahwa dibanding tokoh lain, termasuk Ridwan kamil dan Risma, elektabilitas Ahok “sangat tinggi”. Apalagi jika dibanding pada Adhyaksa (4.25%), Haji Lulung (2.25%), dan Djarot (1.0%).
Sahihkah membanding elektabilitas Ahok sekarang dan elektabilitas Risma dulu waktu mau mencalonkan diri lagi menjadi Walikota Surabaya? Itu konteks dan konstelasi sosial-politiknya sungguh beda. Jadi, jawabnya, “Tidak sahih.” Maka tak perlu dibahas.
Bagaimana dengan popularitas? Hasil survey menunjukkan Ahok yang paling populer pada angka 94%. Di bawahnya menyusul Tantowi Yahya (81%), Ridwan Kamil (71.25%), Lulung (69.25%), Risma (63.75%), Adhyaksa (50.75%), dan Sandiaga Uno (20.75%).
Popularitas itu hanya semata menunjuk pada tingkat “keterkenalan” seseorang. Jadi, barang siapa yang paling sering tampil di ruang publik, baik langsung maupun lewat media massa, dialah yang paling dikenal atau “populer”.
Sangat logis jika Ahok tampil yang paling populer. Karena pemberitaan tentang dia memang paling tinggi dibanding yang lainnya. Lagi pula, sangat sedikit warga Jakarta yang tak kenal siapa itu Ahok.
Kendati Ahok paling populer, tak berarti dia paling disuka. Tokoh yang paling disuka menurut hasil survei CSIS itu adalah Risma dengan angka 85.54%. Ridwan ada di urutan kedua dengan angka 85.02%. Barulah Ahok di urutan ketiga dengan angka 71.39%.
Perhatikan bahwa di sini tak ada korelasi antara tingkat elektabilitas dan tingkat kesukaan. Mengapa? Karena tingkat kesukaan itu menilai personalitas. Sudah pasti mayoritas orang lebih suka pada personalitas yang ramah dan santun seperti Risma dan Ridwan, ketimbang peronalitas yang pemarah dan kasar separti Ahok.
Harap dicatat, responden mengungkapkan kesukaannya pada peronalitas seseorang. Bukan kesukaannya pada seseorang untuk menjadi Gubernur DKI. Pertanyaan survei itu kurang lebih adalah “Siapa tokoh yang paling Anda sukai?” Bukan “Siapa yang Anda paling sukai untuk menjadi Gubernur DKI mendatang?”
Pertanyaan terakhir ini adalah pertanyaan untuk mengukur elektabilitas. Jawabannya sudah jelas: “Ahok!”(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H