Maka, beginilah agaknya pola pikir partai-partai politik itu: “Karena Ahok tak melayani kepentingan-kepentingan KKN ekonomi dan politik kita, maka mari kita singkirkan dia dengan cara apa saja, supaya dia tidak menjadi Gubernur DKI lagi.”
Lantas partai-partai politik itu mulai melakukan maneuver yang aneh-aneh. Aneh? Tentu saja. Apakah tidak aneh mendorong Ridwan Kamil dan Tri Rismaharini menjadi Gubernur DKI? Kalau mereka berdua dan Ahok bertarung, maka hanya akan ada satu saja pemenang. Dua orang diantaranya pasti menjadi pecundang, yang akan kehilangan jabatannya.
Jika Ridwan Kamil dan Tri Rismaharini yang kalah, maka Bandung dan Surabaya langsung kehilangan walikota terbaiknya. Jawa Barat dan Jawa Timur juga kehilangan calon gubernur terbaiknya.
Jangan-jangan, manuver itu memang dirancang oleh politisi-politisi yang sangat bernafsu menjadi Gubernur Jawa Barat atau Gubernur Jawa Timur periode mendatang. Mereka sadar, parti kalah jika berhadapan dengan Ridwan Kamil atau Tri Rismaharini.
Pengajuan nama-nama Adhyaksa Dault, Sandhiaga Uno, Hasnaeni Moein, dan Achmad Dhani juga aneh. Saya tak melihat karakter gubernur pada orang-orang ini. Mungkin mereka pikir gampanglah jadi Gubernur DKI. Cukup dengan marah-marah seperti Ahok. Semua beres!
Cukup dengan marah-marah? Ya, mungkin saja begitu. Tapi itu hanya mungkin jika Sang Gubernur tak mengidap penyakit jantung atau darah tinggi. Sebab kalau mengidap penyakit itu, maka dia mungkin akan “pulang” ke Karet, atau Tanah Kusir, atau Kampung Kandang, atau Kalibata.
Tentang Yusril Ihza Mahendra, saya tak tahu harus bilang apa, kecuali tidak ada satu jalan yang sama bagi semua orang untuk menjadi Presiden RI.
Jadi, kenapa tak mencoba obyektif menilai kinerja Ahok, dan memilihnya lagi menjadi Gubernur DKI mendatang, kalau memang layak?
Takut nanti Ahok menjadi Presiden RI? Jangan termakan paranoia sendiri. Satu-satunya tempat yang pas untuk Ahok setelah berhenti dari jabatan gubernur adalah Menteri Dalam Negeri. Itupun kalau Presiden kita masih Jokowi.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H