Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Plasa Kecamatan, Potensi Ruang Publik yang Belum Digarap di Jakarta

30 September 2015   21:12 Diperbarui: 30 September 2015   21:27 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari perspektif sosiologi, antropologi, dan politik, pemanfaatan plasa kecamatan sebagai ruang publik sangat kontekstual. Kantor pemerintah pada dasarnya adalah ruang publik dengan aneka fungsi yang terbuka bagi semua warga. Bukan hanya fungsi administrasi dan pemerintahan, tapi mestinya juga fungsi-fungsi edukasi, informasi, rekreasi, kesehatan, dan lain-lain.

Saya berangan-angan, seandainya plasa Kecamatan Mampang Prapatan itu dirancang-ulang dan dibangun menjadi plasa sosialisasi seperti yang saya bayangkan. Tentulah para remaja di kampung kami dan kampung sekitar akan mendapatkan ruang fisik dan sosial untuk menetralisir energi negatif dalam diri mereka.

Energi anak-anak dan para remaja, serta hasrat mereka untuk eksis, akan tersalurkan secara positif di plasa kecamatan itu. Pemerintah, selain menyediakan ruang publik itu, hanya perlu mengundang sejumlah relawan untuk berbagi pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan bidang tertentu, sesuai minat warga.

Maka saya membayangkan, di plasa kecamatan akan tumbuh dan berkembang berbagai kelompok atau komunitas kreatif yang bersifat konstruktif. Para remaja yang sedang mencari identitas dan ingin eksis akan sibuk di situ membentuk karakter dirinya. Tidak lagi sibuk di ruang-ruang publik informal melakukan tindakan-tindakan destruktif.

Bukankah itu semua jauh lebih baik ketimbang ulah para remaja yang begadang dan bahkan tawuran saban malam di depan rumah kami?

Tapi tentu saja ini hanya harapan saya, sebagai selah seorang warga Jakarta, yang menjadi “korban” akibat langkanya ruang publik di tengah perkampungan padat, kumuh, dan miskin di Kecamatan Mampang Prapatan sana.(*)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun