Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Penelitian Kualitatif #031: Temukan Metode “Pengamatan Berperanserta”-mu!

29 April 2015   10:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:34 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengamatan berperanserta (PB) adalah suatu proses pengumpulan data yang bersifat sistematis. Ia tidak bersifat acak dalam arti tanpa suatu perencanaan.

Karena itu, suatu pengamatan harus dilakukan dengan merujuk pada sejumlah langkah prosedural, kendatipun ia tidak bersifat baku.

Itulah pokok diskusi kita kali ini.

Tentukan Batas-batas Pengamatan

Pertama, terkait langkah-langkah procedural itu, suatu pengamatan harus direncanakan sungguh-sungguh.Hal pertama yang penting digariskan adalah batas-batas pengamatan.Menurut Bachtiar (1985), ini menyangkut dua hal berikut.

Pertama: pembatasan sasaran

Pengamatan harus didasarkan pada pembatasan yang tegas terhadap sasaran. Tujuannya agar pengamatan menjadi terarah atau terfokus.

Pembatasan itu disesuaikan dengan apa yang hendak diteliti yaitu apa yang menjadi masalah dan tujuan penelitian.Apa yang ingin diterangkan dan kenyataan (peristiwa/gejala) apa yang diangkat sebagai fakta (indikator) untuk menerangkannya?

Kedua: perumusan “kerangka pemikiran”

Pengamatan harus didasarkan pada suatu “kerangka pemikiran” (analytical framework), walaupun itu bersifat longgar.Dengan demikian menjadi jelas kenyataan (peristiwa/gejala) apa saja yang perlu diperhatikan, dan bagaimana kaitan antara kenyataan itu.

Dengan berpedoman pada suatu “kerangka pemikiran”, peneliti dapat terhindar dari keterjebakan mengamati suatu gejala/peristiwa yang menonjol tetapi sebenarnya tidak penting dilihat dari segi tujuan penelitian.

Namun perlu diingat bahwa “kerangka pemikiran” dalam hal ini hanya untuk pedoman pengumpulan data, bukan konsep yang akan diuji secara empiris.

Dalam prakteknya, “kerangka pemikiran” itu juga terbuka untuk perubahan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pengamatan di lapangan.

Lalu, “Temukan Metodemu Sendiri!”

Di lapangan, sebagai pengamat berperanserta sekaligus sebagai instrumen utama, peneliti kualitatif harus mampu menemukan sendiri “metode”-nya.Sebab perbedaan ruang dan waktu serta subyek-subyek peneliti dan tineliti akan membawa konsekuensi perbedaan antara satu danlain metode pengamatan berperanserta dalam prakteknya.

Kendati begitu, untuk menemukan sendiri “metode” itu, seorang peneliti kualitatif dapat mengikuti sejumlah langkah prosedural pula, tapi tanpa terjebak pada pembakuan. Langkah-langka itu berkenaan dengan pengenalan lapangan, peran peneliti, rapport, peranserta, informan kunci, taktik lapangan, pertanyaan, dan bahasa penelitian(Taylor dan Bogdan, 1984) sebagai berikut ini.

Mengenal kondisi lapangan

Seorang peneliti kualitatif sebaiknya tidak langsung mengumpulkan data pada hari-hari atau minggu pertama di lapangan.Masa awal di lapangan itu seharusnya digunakan untuk mengenal lokasi dan masyarakat tineliti, serta membiasakan diri dalam kehidupan setempat.Setelah kenal dan terbiasa, niscaya peneliti akan lebih mudahmelangkah ke tahap pengumpulan data yang sebenarnya.

Memilih peran yang tepat

Dalam sesi sebelumnya (#030) sudah dikemukakan tiga tipe peran yang mungkin bagi pengamat berperanserta yaitu pengamat sebagai peserta penuh, pengamat sebagai peserta, dan peserta sebagai pengamat.Pilihan atas tipe-tipe peran itu tergantung pada tingkat keterbukaan pengamatan dan kadar peranserta peneliti atau jarak sosial peneliti-tineliti.

Membina rapport yang optimal

Dalam diskusi terdahulu juga sudah dikemukakan tiga tipe rapportyang mungkin terjadi yaitu optimal rapport, under rapport, dan over rapport.

Sudah jelas seorang peneliti kualitatif dituntut untuk membina rapport yang optimal.Hal ini dapat dicapai antara lain dengan cara memperbincangkan kesamaan tineliti-peneliti, membantu tineliti untuk urusan-urusan tertentu, bersikap ramah, dan selalu menaruh perhatian pada perkataan dan tindakan para tineliti.

Mengelola peranserta secara konsisten

Jika keterlibatan aktif dalam kegiatan masyarakat diperlukan sebagai pintu masuk kedalam kehidupan tineliti, maka peneliti harus melibatkan diri.Tetapi keterlibatan itu harus dijaga agartidak sampai melewati garis peran yang telah ditetapkan, misalnya menyeberang dari peran “pengamat sebagai peserta” menjadi “peserta sebagai pengamat”.

Peneliti sebaiknya juga menghindari keterlibatan apabila hal itu menyebabkan situasi persaingan dengan tineliti, pertetangan dengan kepribadian peneliti, dan mengganggu kemampuan peneliti untuk mengumpulkan data.

Menemukan dan membina hubungan baik dengan informan kunci

Informan kunci lazimnya adalah tokoh terhormat, berpengaruh, dan berpengetahuan luas dalam masyarakat.Seorang peneliti kualitatif harus dapat menemukaninforman kunci yang tepat dan membina hubungan baik dengannya.

Informan kunci merupakan“pintu” bagi tinelitiuntuk dapat masuk ke dalam kehidupan sosial masyarakat tineliti.Ia juga menjadi sumber utama informasi yang membantu tineliti untuk secara cepat memahami realitas sosial setempat.

Taktik efektif untuk memperoleh informasi

Tanpa taktik, seorang peneliti kualitatif mungkin tidak akan memperoleh informasiyang optimal.Taktik yang lazim digunakan antara lain adalahberlaku naïf seperti seorangpemula yang ingin belajar;berusaha hadir di tempat (sumber data) yang tepat pada waktu yang tepat;tidak terlalu membuka identitas diri dan tujuan penelitian kepada semua tineliti untuk menghindari sikap resisten atau penolakan dari mereka.

Mengajukan pertanyaan secara efektif

Peneliti kualitatif sebaikya mengajukan pertanyaan terbuka yang memungkinkan tineliti mengungkap pikiran dan perhatiannya, tanpa merasa dipaksa untuk memenuhi minat, perhatian, ataupun pemikiran peneliti.

Sekali tineliti sudah mulai bercerita, maka peneliti dapat mendorongnya untuk bicara lebih banyak lagi tentang topik yang menjadi perhatian peneliti.

Kalau peneliti sudah memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang suatu topik, barulah ia boleh mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik, terfokus, dan mengarah.

Mempelajari bahasa masyarakat tineliti

Jika peneliti dan tineliti menggunakan bahasa yang berbeda, baik pada tingkatan bahasa etnik maupun bahasa kebangsaan, maka peneliti sebaiknya mempelajari bahasa tineliti.Tanpa penguasaan atas bahasa tineliti, maka akan sulit bagi peneliti untuk berkomunikasi dengannya.

Selain itu, sangat mungkin pula terjadi salah paham atau salah tafsir, mengingatkata-kata dan simbol-simbol yang digunakan peneliti dalam dunianya mungkin memiliki makna yang berbeda di dunia tineliti. Makna kata atau simbol yang diungkap para tineliti hanya bisa ditentukan dalam konteks tindakan aktualmereka dan ini jelas memerlukan penguasaan bahasa yang baik.

Dari penjelasan serba ringkas ini, mudah-mudahan kita mendapatkan gambaran proses pelaksanaan pengamatan berperanserta di lapangan.Selanjutnya kita akan membahas metode wawancara mendalam.(*)


Tolong baca artikel sebelumnya:

penelitian-kualitatif-030-inilah-tipologi-peran-pengamat-berperanserta

penelitian-kualitatif-029-pengamatan-berperanserta-ini-tipologinya

penelitian-kualitatif-028-triangulasi-karena-bersatu-kita-kuat-berpisah-kita-lemah

penelitian-kualitatif-027-tak-ada-metode-pengumpulan-data-yang-sempurna

penelitian-kualitatif-026-1x24-jam-harap-tulis-catatan-lapangan

penelitian-kualitatif-025-peneliti-adalah-instrumen-utama

penelitian-kualitatif-024-empat-tipe-triangulasi-dalam-pengumpulan-data

penelitian-kualitatif-023-tiga-metode-utama-pengumpulan-data-kualitatif

penelitian-kualitatif-022-dwi-tunggal-yin-yang-data-kualitatif-dan-kuantitatif

penelitian-kualitatif-021-apa-itu-data-kualitatif

penelitian-kualitatif-020-triangulasi-metode-pengumpulan-data-mutlak-dalam-studi-kasus

penelitian-kualitatif-019-begini-cara-memilih-unit-kasus

penelitian-kualitatif-018-empat-tahapan-dalam-studi-kasus

penelitian-kualitatif-017-mengapa-memilih-studi-kasus

penelitian-kualitatif-016-apa-itu-studi-kasus

penelitian-kualitatif-015-cara-memilih-subyek-tineliti

penelitian-kualitatif-014-begini-cara-menetapkan-satuan-penelitian

penelitian-kualitatif-013-begini-cara-memilih-strateginya

penelitian-kualitatif-012-lima-strategi-paling-populer

penelitian-kualitatif-011-strategi-tukang-batu

penelitian-kualitatif-010-dimana-tempat-teori-dan-tinjauan-literatur

penelitian-kualitatif-009-begini-format-rancangannya

penelitian-kualitatif-008-rancangannya-selesai-belakangan

penelitian-kualitatif-007-ini-lima-sifat-khas-rancangannya

penelitian-kualitatif-006-di-aras-mikro-menantang-teori-makro

penelitian-kualitatif-005-orientasinya-menunjukkan-kepalsuan-teori-besar

penelitian-kualitatif-004-subyektivitas-sebagai-pumpunan

penelitian-kualitatif-003-beginilah-sifat-sifatnya

penelitian-kualitatif-002-inilah-asumsi-asumsi-dasarnya

penelitian-kualitatif-001-apa-batasannya

Anjuran bacaan

1.H.W. Bachtiar, 1985, “Pengamatan sebagai Suatu Metode Penelitian” dalam Koentjaraningrat (Ed.), Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:Gramedia

2.S.J. Taylor & R. Bogdan, 1984, Introduction to Qualitative Research Methods: The Search for Meanings (Second Edition), New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore:John Wiley & Sons

Kompedusiana.com

Learning by Sharing

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun