Ketika Max Weber menulis The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism tahun 1904 dan 1905, yang ada dibenaknya pastilah tesis tentangkaum kapitalis penganut Calvinisme yang bersemangat mencari untung secepat dan sebesar mungkin.
Tapi tesis Weber itu ternyata dipatahkan oleh perilaku dagang seorang perempuan tua penjaja tempe benguk di sebuah pasar tradisional di Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta.
Ini asli temuan Poltak, hasil pengamatannya di pasar tersebut tahun 1990.Dengan temuan itu, boleh dibilang Poltak telah memfalsifikasi, menunjukkan kepalsuan teori Weber tentang perilaku kapitalisme.
Poltak waktu itu sedang berlibur ke rumah teman kuliahnya yang asli warga Kalibawang.
Pada suatu pagi, bertepatan hari pasaran, untuk memuaskan kesukaannya berwisata pasar tradisional, Poltak blusukan ke pasar rakyat setempat.
Setelah berkeliling beberapa waktu, mata Poltak tertarik lalu mendekatiseorang ibu tua yang duduk mencangklong menunggui kendil di hadapannya.
“Mbok, dol-dolan opo to, ya,” tanya Poltak ingin tahu ibu itu jualan apa.
“Iki bacem tempe benguk, Mas,” jawab ibu tersebut sambil membuka tutup kendilnya.Segera asap tipis mengepul keluar, disusul semerbak aroma tempe bacem yang sangat mengundang liur dan keroncongan perut.
“Wah, ini tempe langka,pasti nikmat,” bathin Poltak, yang selama ini hanya tahu bacem tempe kedelai.Diliriknya jeroan kendil itu.Masih ada seperempat periuk bacem tempe benguk di dalamnya.“Saya beli semua saja, untuk dimakan bersama dengan keluarga teman,” pikir Poltak.
“Waah, mesti enak iki.Aku tuku kabeh ya, Mbok? Piro, Mbok?” Poltak hendak membeli semua bacem tempe yang tersisa.
“Wealaaah, ojo ditukoni kabeh to, Mas,” diluar dugaan, ibu tua itu malahan protes, tidak bersedia kalau semua tempe bacemnya dibeli Poltak.
“Lah, nopo tho, Mbok.Kok aku ora iso nukoni kabeh,” tanya Poltak kaget bin heran.
“Ngene, Mas. Dino pasaran iki tekan lohor, Mas.Ne’ sampeyan tuku kabeh tempeku iki, lha, trus aku dol-dolan opo tekan lohor, Mas?” dalih ibu tua penjaja tempe benguk itu.Dia berkeberatan, sebab kalau semua tempenya dibeli, maka dia tak akan bisa jualan sampaipasar tutup nanti siang tepat waktu lohor.Bagi ibu tua itu, etos kerja jualan tempe bacem rupanya adalah sepenuh hati dan sepenuh waktu dari pagi sampai siang.
“Lha, piye tho iki?” Poltak pusing tujuh keliling.“Orang jualan kok menolak perolehan untung yang cepat dan banyak?” pikirnya tak habis pikir.
Di jalan pulang, sambil meneteng lima potong bacem tempe benguk, jumlah maksimum yang boleh dibelinya, Poltak tak henti menyesali Max Weber.“Kenapa pula Pak Jenggot itu merumuskan teori makro yang tak berlaku untuk menjelaskan semangat kapitalisme a’la penjaja tempe benguk di pedesaan Jawa,” sesalnya kesal. (*)
#Moral revolusi mental-nya: “Jalan pintas memang memberikan hasil cepat, tapi jalan normal memberikan hasil memuaskan.”
Catatan:
Bagi rekan-rekan Kompasianers yang belum tahu-menahu soal tempe benguk, silahkan baca informasi berikut (sumber: Blog “Kuliner Indonesia”, menuasliindonesia.blogspot.com):
Tempe benguk adalah kreasi nenek moyang kita yang terbuat dari dari biji kara atau kacang benguk (Mucuna pruriens). Sekarang tempe benguk sudahlangka dan tidak ditemukan di kota-kota besar.
Kadar protein dan lemak kara benguk lebih rendah dibanding kedelai, tapi kadar karbohidratnya dua kali lebih tinggi.
Cara membuat tempe benguk secara tradisional:
1.Siapkan biji benguk, rebus dengan air sampai mendidih kurang lebih 1 jam (Boleh dicampur dengan abu gosok untuk menghilangkan getah berasa pahit di kulit beguk).
2.Setelah dimasak, tiriskan, kupas kulitnya, lalu cuci sampai bersih.
3.Siapkan wadah berisi air untuk merendamnya selama 3 hari dan,setelah direndam, tiriskan dan angin-anginkan.
4.Lakukan peragian sama seperti membuat tempekedelai.
5.Setelah proses peragian selesai, kacang benguk dibungkus (pakai daun pisang atau jati), lalu taruh di tempat yang tak lembab dan sirkulasi udaranya baik. Setelah 1-2 hari tempe benguk sudah jadi dan siap dimasak, digoreng ataupun dibacem.
Inilah tampilan kacang (kara) benguk:
[caption id="attachment_371223" align="aligncenter" width="220" caption="menuasliindonesia.blogspot.com"][/caption]
Dan inilah tampilan bacem tempe benguk yang alamaknyusss.....:
[caption id="attachment_371224" align="aligncenter" width="259" caption="menuasliindonesia.blogspot.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H