Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Humor Revolusi Mental #023: Rem Extraordinary Sepeda Motor di Jakarta

19 November 2014   17:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Rem yang melekat pada sepeda motor di jalanan Jakarta, kurang-lebih fungsinya seperti usus buntu di perut kita.”

Itu saya kutipkan dari dokumen Catatan Harian Pak Frans, peneliti sosial yang punya prinsip “Amati dan catat!”.

“Rem pada sepeda motor di jalanan Jakarta tak berfungsi. Seperti usus buntu, ada, tapi tak guna. Mungkin, karena tak pernah dipakai, jadi mal-fungsi. Lampu merah diterobos.Lintasan kereta api sedang nang ning nong tancap terus. Zebra cross penuh penyeberang dilibas.Trotoar disikat.Jalur verboden diterabas.Jembatan penyeberangan dipanjat.Sempritan stop dari polisi direspon dengan gas tinggi, standing dan terbang,” tulisnya lebih lanjut.

“Lantas, kalau bukan remnya, apa yang bisa menghentikan laju sepeda motor di Jakarta?” Saya bertanya-tanya dalam hati.

Pertanyaan saya terjawab pada lembar kedua Catatan Harian Pak Frans.Saya kutipkan selengkapnya di sini.

“Berdasar hasil pengamatan, ternyata ada empat jenis rem extraordinary yang sangat pakem, dijamin akan menghentikan laju sepeda motor Jakarta seketika.

Pertama, rem “tiang”.“Tiang” ini nama generik untuk semua benda yang berbentuk tiang di pinggir jalan: tiang kabel listrik, tiang kabel telepon, tiang jalan layang, pohon, hidran, pal, tembok, pagar jalan, dan sebagainya.Rem tiang biasanya bekerja saat ada pengendara sepeda motor yang ngebut tapi hilang konsentrasikarena mabuk, atau panik karena dikejar polisi.

Kedua, rem “ular besi”.Maksudnya gerbong kereta api. Jenis rem ini sangat jitu menghentikan laju sepeda motor yang nekad menerobos rel saat moncong kereta api sudah di ujung hidung.

Ketiga, rem “pantat”.Maksudnya pantat truk, bus, atau mobil lainnya.Jenis rem ini biasanya berfungsi menghentikan laju sepeda motor yang ugal-ugalan, selap-selip dengan kecepatan tinggi (sambil hape nyelip dalam helm), mungkin karena mau eksis atau dikejar atau mengejar sesuatu.

Keempat, rem “lubang”.Apa saja yang berbentuk lubang bisa menjadi rem pakem.Lubang jalanan yang rusak, lubang galian, sampai lubang selokan atau kali di tepi jalan.Jenis rem ini biasanya berguna untuk menghentikan laju sepeda motor yang dipacu pengendara yang kurang sadar lingkungan, mau enaknya saja.”

“Sayangnya,” lanjut Pak Frans dalam catatanya, “keempat jenis rem itu biasanya mengantar pengendara sepeda motor ke Ruang Gawat Darurat Rumah Sakit.”

Lalu, menutup Catatan Harian itu, Pak Frans memberikan satu tips penting bagi pejalan kaki di jalanan Jakarta: “Dahulukan sepeda motor di Zebra Cross.”(*)

#Moral revolusi mental-nya: "Pertobatan sering terjadi di Ruang Gawat Darurat, dengan syarat masih bernafas."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun