Dalam analisis statistik, angka 1.0% berarti “tidak signifikan”.Misalnya, angka buta huruf1.0% di satu kebupaten diartikan tidak signifikan, mengingat angka buta huruf Indonesia sekitar 6.0% , misalnya.
Tapi itu kalau berbicara angka-angka yang tak punya nyawa, hati, dan otak.Kalau berbicara tentang manusia yang masuk ke dalam himpunan 1.% itu, masalahnya bisa menjadi sangat signifikan, sangat besar,dan menghebohkan.
Setidaknya begitu yang tersimpul dari pengalaman Pak Monang, Kepsek SMA Toba di Porsea, sekolah almamater Si Poltak, insiniur lulusan UGM itu.
Kejadiannya baru empattahun yang lalu, tepatnya 2010.Menyangkut pengumuman hasil Ujian Nasional (UN) di SMA Toba.
Pada hari amplop berisi hasil UN 2010 itu dibuka dalam rapat para guru, ekspresi Pak Kepsek Monang terlihat kacau.Sebentar lesu, sebentar tegang, sebentar geram, sebentar galau, sebentar sedih.Pokoknya, ekspresi kacau balau.
“Tingkat kelulusan UN 2010 SMA Toba 99 persen.”Pak Kepsek Monang mengumumkan dengan suara datar, pelan, tanpa semangat.
Serentak para guru berdiri bertepuk tangan menyambut hasil yang spektakuler itu.Untuk pertama kalinya dalam sejarah SMA Toba bisa meraih kelulusan UN sebesar 99.0%.Tahun sebelumnya, 2009, hanya 90.0%.Tahun-tahun sebelumnya bahan di bawah itu.
“Selamat Pak Kepsek! Sekolah kita sukses! Pak Kepsek sukses!”Pak Sopar, guru Geografi, meneriakkan ucapan selamat.
“Hanya satu persen yang tidak lulus, Pak Kepsek.Itu kecil!Tidak signifikan!” Pak Togap, guru Matematika berteriak menimpali.
“Pak Togap!”Tiba-tiba Pak Kepsek Monang bangkit dari kursinya dan berteriak marah. “Apa Pak Togap bilang tadi? Satu persen kecil? Tidak signifikan? Jangan asal bicara!”Pak Kepsek Monang semakin meradang.
Semua guru langsung terdiam, tegang.Belum pernah Pak Kepsek Monang semurka itu.Semua bingung.Semua bertanya-tanya dalam hati, “Mengapa angka ketaklulusan satu persen saja membuat Pak Kepsek marah besar?”
“Saya beri tahu Pak Togap!Juga bapak dan ibu guru sekalian,” Pak Kepsek Monang meneruskan radangannya, “Satu persen itu masalah terbesar dalam hidup saya.Bapak-bapak dan ibu-ibu tahu sebabnya?”
Tidak ada seorang gurupun yang tahu.Semua tegang, bingung, diam mengunci mulut.
“Satu persen itu memang hanya satu orang dari seratus orang murid kita yang ikut UN,” lanjut Pak Kepsek Monang .“Tapi apakah bapak-bapak dan ibu-ibu tahu siapa satu orang itu?Dia anak Kepsek SMA Toba!Anak laki-lakiku sendiri! Satu-satunya anakku!Harapanku … hancur sudah ….!”
Bersamaan dengan kata-kata terakhir itu, Pak Kepsek Monang tak kuasa menahan diri lagi. Tubuhnya langsung lunglai dan jatuh terduduk, pingsan di kursinya.(*)
#Moral revolusi mental-nya: “Manusia bukan angka statistik.Anda tidak akan mengatakan 1.0% angka kematian akibat kecelakaan lalu-lintas itu kecil, tidak signifikan, kalau nama Anda sendiri termasuk di dalam angka 1.0% itu.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H