Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Humor Revolusi Mental #049: Burung Pipit Menggagalkan Lamaran Nikah

9 Januari 2015   15:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Jangan menggunakan perumpamaan secara sembarang.  Lihat-lihat dulu konteksnya. Salah konteks, fatal akibatnya.

Sekurangnya begitulah pelajaran dari pengalaman tragis Ojak (samaran), pemuda Porsea Toba, 15 tahun lalu. Waktu itu ia menyatakan niatnya kepada Amani Poltak, ayah  Poltak, untuk melamar Rotua, adik perempuan Poltak, menjadi isterinya.

"Ojak, kau kan pengangguran.  Jadi, kalau kau melamar anakku si Rotua ini menjadi isterimu, mau kau kasih makan apa dia nanti?" Amani Poltak menginterogasi Ojak.  Memang benar, Ojak itu penganggur kronis.

"Bah, Tulang.  Jangan khawatir," tanggap Ojak mencoba meyakinkan Amani Poltak yang disebutnya "tulang" (Ind. paman). "Coba Tulang lihat burung-burung pipit yang terbang di langit.  Mereka saja bisa menuai padi dari sawah yang tidak ditaburnya, apalagi aku yang manusia ini!" lanjutnya dengan kepercayaan diri tinggi.

"Bah, burung pipit katamu!" Amani Poltak mendadak sontak membentak Ojak sambil bangkit berdiri berkacak pinggang. Ia marah besar.  Mendadak ribuan burung pipit pencuri padinya di sawah beterbangan di dalam kepalanya.

"Ojaaak! Berarti kau juga akan mencuri padiku di sawah untuk memberi makan anakku!" Amani Poltak meradang. Ojak mengkeret di kursi. Rotua mulai menangis.

"Tidak bisa! Lamaranmu kutolak! Titik!" Amani Poltak menolak telak lamaran Ojak, tanpa kemungkinan remedial. Ojak langsung lunglai ibarat balon kempes di kursi.  Rotua meraung sedih dan kecewa. Bukan karena gagal menikah, tapi karena Ojak kekasihnya ternyata tak lebih dari "seekor burung pipit".  Alamaaaak!(*)

#Moral revolusi mental-nya: "Harapan di masa depan harus didasarkan pada kenyataan, bukan pada perumpamaan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun