Bahan yang digunakan antara lain akar mengkudu untuk warna merah, biru dari nila, cokelat dari lumpur, dan kuning dari kayu. Warna putih menjadi dasar benang dan kuning dari sogan kayu kuning.Â
Bahan pewarna alami inilah yang sudah menjadi tradisi selama ribuan tahun dan yang membuat kain tenun itu unik serta diminati banyak orang.
Pembuatan kain tenun Sumba memakan waktu yang cukup lama. Pembuatan sehelai kain tenun Sumba itu sendiri dapat memakan waktu lebih dari 6 bulan bahkan ada yang  mencapai tiga tahun.Â
Waktu yang lama ini disebabkan karena proses pembuatannya melalui 42 tahap mulai dari mencari kapas untuk bahan pembuatan benang, memintal kapas menjadi benang yang dilakukan secara manual (pahudur), pemintalan benang hingga berbentuk bola benang (kabukul), menata benang di alat tenun (pamening), pembuatan tenun ikat (karandi), pengikatan benang (hondu),merendam kumpulan benang yang telah diikat ke dalam pewarna alami (ngiling), pelepasan ikatan tali gewang (ketahu), memisahkan benang yang sudah direndam dan dikeringkan beberapa hari (wallahu), benang diatur sesuai dengan susunan yang benar untuk membentuk motif (pameirang), sebelum ditenun (tinu) benang memlalui proses kawu dan pawunang, dan setelah ditenun akan melalui proses kabakil yaitu merapikan ujung kain tenun ikatsupaya terikat kencang dan tidak terlepas.Â
Cukup banyak bukan proses pembuatannya? Inilah yang menyebabkan pembuatan kain tenun sumba membutuhkan waktu yang lama.Â
Tahapan lain yang membutuhkan waktu cukup lama adalah penyimpanan dalam keranjang tertutup untuk mematangkan warnanya. Pada tahap ini, kain dibiarkan dalam posisi tertidur dan penenun membiarkan 'alam' ikut berperan agar kain menjadi lebih indah.
Motif dari kain tenun sumba bermacam-macam, salah satunya yang paling terkenal adalah motif kuda. Motif kuda dalam kain tenun sumba melambangkan kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan karena kuda dianggap sebagai simbol harga diri bagi masyarakat Sumba. Kuda dianggap hampir sejajar dengan arwah nenek moyang masyarakat Sumba.Â
Motif yang terkenal lainnya adalah ayam. Ayam dianggap selalu berjalan di depan dan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Motif burung kakatua melambangkan persatuan karena perilaku burung kakatua yang terbang bersama-sama dianggap sebagai hal yang patut ditiru oleh masyarakat Sumba.Â
Kain tenun sumba di samping didominasi oleh motif Mahang dan Habak. Motif Habak (motif di bagian tengah kain) memiliki simbol perempuan pekerja keras.Â
Motif Mahang katinku tau (singa berkepala manusia) menyimbolkan kekuasaan. Motif ayam jantan dan kuda memberikan simbol persatuan dan kesatuan.