Mohon tunggu...
M. Syukri Ismail
M. Syukri Ismail Mohon Tunggu... Dosen - Penulis

Santri selamanya | m.syukriismail@iaiyasnibungo.ac.id | https://kotakopini.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya yang Ditipu atau Mahasiswa yang Tertipu?

4 Oktober 2024   13:43 Diperbarui: 4 Oktober 2024   13:50 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sepeda Motor, tidak dipungkiri bahwa hampir setiap keluarga memilikinya, karena mobilitas yang tinggi, ditambah lagi biaya yang dikeluarkan jika menggunakan sepeda motor lebih irit jika dibandingkan dengan mobil. Khususnya di daerah kami Muara Bungo, kendaraan umum sangat sedikit sekali, bahkan bisa dibilang tidak ada. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi daerah yang sangat tidak mendukung untuk kendaraan umum, karena trayek yang jauh, ditambah lagi ongkos yang sangat mahal.

Allah swt beri ujian kepada kami dengan dengan kehilangan Sepeda Motor yang sangat kami butuhkan untuk aktivitas sehari-hari, semoga kami lulus dalam menghadapi ujian ini. Hal tersebut terjadi, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2015, sepeda motor kami dicuri pada malam hari sekitar jam 02.30, ketika istri ada panggilan ke rumah pasien yang akan melahirkan (partus), dan saya dirumah menemani anak-anak yang sedang tidur. Do'a kami, Semoga Allah beri hidayah kepada yang mencuri sepeda motor kami, dan kembali ke jalan yang benar. Amin ya Rabbal 'Alamin.

Kehilangan sepeda Motor ini membuat aktivitas sehari-hari kami sangat terganggu, karena Sepeda Motor adalah kendaraan yang kami butuhkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berangkat mengajar ke kampus, mengantar anak sekolah, kadang-kadang juga dipakai istri untuk rapat di puskesmas. Karena itu kami berniat untuk membeli sepeda motor lagi, tapi tidak sepeda motor baru dan kredit seperti sebelumnya, cukup sepeda motor bekas yang matic, agar istri lebih leluasa untuk menggunakannya.

Dengan pertimbangan itulah saya meminta bantuan salah seorang mahasiswa saya untuk mencarikan sepeda motor bekas yang layak pakai, kebetulan saya pernah menjadi pembimbing PPLK mahasiswa tersebut, berbekal perkenalan itu saya percaya kepadanya, karena jujur saya sendiri tipe orang yang mudah percaya kepada setiap orang.

Setelah beberapa minggu mahasiswa tersebut akhirnya menghubungi saya kembali untuk memberitahu bahwa dia telah menemukan sepeda motor yang yang siap dijual. layaknya penjual sepeda motor, dia menceritakan kepada saya kondisi motor yang masih sangat bagus, kebetulan dia juga seorang joki balap sepeda motor, jadi sangat mengerti seluk beluk sepeda motor. Akhirnya saya percaya, dan sudah saya putuskan membeli sepeda motor tersebut tanpa melihatnya dulu.

Sepeda Motor sudah ditangan, namun setelah beberapa hari dipakai, muncul beberapa masalah. starter mulai ngadat, dan akhirnya masuk bengkel, karena sudah dibengkel saya minta untuk memeriksa semua sisi motor, pertama ditemukan otomatis starter sudah rusak. Setelah dicek lagi ternyata penutup sepeda motor depan sudah pecah bahkan hanya diikatkan dengan kawat, sehingga bergetar dan menimbulkan bunyi ketika digunakan. Klahar ban depan juga sudah harus ganti karena dah pecah, selanjutnya karet bosh pinggang juga sudah goyang. yang mengejutkan, ternyata sepeda motor saya menggunakan knalpot yang seharusnya untuk sepeda motor merk lain.

Kecewa, itu yang saya rasakan sekarang, bahkan karena sepeda motor ini, saya sempat bertengkar dengan istri. Menganggap saya tidak cek dan ricek sebelum membeli, juga terlalu terburu-buru, karena Terburu-buru adalah pekerjaan setan. Yang menjadi renugan saya, ketika istri saya mengatakan bahwa saya terlalu mudah untuk percaya kepada setiap orang. Namun saya tetap berbaik sangka kepada mahasiswa saya tersebut, dalam hati saya begumam "Saya yang ditipu, atau Kami (Saya dan Mahasiswa) yang tertipu?.".

Imam Asy-Syafi'i (150 H - 270 H) pernah menasehati anaknya Muhammad "Bagi kehormatan diri itu mempunyai empat sendi: Bagus tingkah laku, pemurah, merendahkan diri dan beribadah." Sedangkan yang merendahkan diri seseorang adalah "Banyak bicara, menyiarkan rahasia dan percaya kepada setiap orang." (Al-Imam Asy-Syafi'I, Al-Umm (Kitab Induk), terj. Prof. Tk. H. Ismail Yakub, SH. MA, Jilid 1, (Kuala Lumpur: Victory Agencie, 2000). hal. 22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun