Mohon tunggu...
Muhammad Syamsuddin
Muhammad Syamsuddin Mohon Tunggu... Dosen ITB -

Upaya sederhana, semoga bisa, mendamaikan kata dengan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Makna Sugestif yang Tersirat dalam Puisi

16 Maret 2014   13:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 2035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Makna sugestif yang tersirat dalam puisi

Pemilihan kata dalam berpuisi sangatlah penting. Lewat kata-kata inilah komunikasi antara puisi dengan pembacanya terjalin. Namun sebuah kata dalam sebuah puisi tidak dituntut bermakna tunggal. Tiap pembaca boleh memberi makna atau interpretasi terhadap kata-kata dalam puisi menurut versi pembaca masing-masing. Tidak dituntut ada keseragaman makna kata-kata dalam puisi oleh tiap pembaca. Ini disebabkan tugas utama kata-kata dalam puisi adalah mengantarkan proses mengalami bagi pembacanya, bukan proses memahami seperti halnya yang dijumpai di suatu tulisan karya ilmiah. Poin-poin ini telah dijelaskan di dalam kedua tulisan saya sebelumnya: Akhirnya Puisi Milik Pembacanya dan  Pemilihan Kata dalam Berpuisi dan Penjara Keindahan.

Pada tulisan kali ini akan diberikan sebuah ilustrasi bahwa peranan utama sebuah kata dalam puisi boleh diniati tidak untuk mengantarkan proses pemahaman. Kata-kata dalam puisi kadang dipilih sekedar akan diambil makna atau sifat sugestif (suggestive)-nya saja. Selanjutnya kata-kata tersebut diserahkan kepada masing-masing pembaca untuk diberi bobot makna tersendiri.

Alat peraga yang akan dipergunakan untuk menjelaskan ini adalah puisi Chairil Anwar yang berjudul Nisan. Bila di-search dengan Google di internet dengan keyword 'nisan chairil anwar' maka dari berbagai websites akan diperoleh dua buah versi puisi Nisan karya Chairil Anwar. Versi yang pertama mirip dengan yang sudah tercetak di buku kumpulan puisi Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus. Inilah versi pertama puisi berjudul Nisan karya Chairil Anwar:

NISAN

untuk nenekanda

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta

Oktober 1942.

Dari hasil Google search kelak akan ditemui pula versi kedua dari puisi berjudul Nisan karya Chairil Anwar. Berikut ini ditampilkan versi kedua dari puisi Nisan tersebut:

Nisan

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun