Mohon tunggu...
Muhammad Syamsuddin
Muhammad Syamsuddin Mohon Tunggu... Dosen ITB -

Upaya sederhana, semoga bisa, mendamaikan kata dengan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apa Anda Siap Menerima Rezeki?

22 Maret 2014   15:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:37 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa anda siap menerima rezeki?

Ada sebuah message masuk dari Si Ahmad di WhatsApp: “Barusan tidak sengaja bisa shalat tahajud dan witir. Alhamdulillah”. Apakah Si Ahmad baru belajar shalat tahajud? Mungkin saja ia baru belajar shalat tahajud. Tapi masih ada kemungkinan lain bahwa Si Ahmad bukan baru belajar shalat tahajud tapi ia hanya ingin mengatakan bahwa shalat tahajudnya semata-mata karunia dari Allah. Karena itu di akhir messagenya ia mengucap alhamdulillah untuk mensyukuri karunia dari Allah itu.

Seseorang yang bisa mendirikan shalat tahajud pastilah karena hatinya telah digerakkan oleh Allah untuk itu. Ini memang karunia (rezeki) yang khusus datang dari Allah saja. Hati yang telah digerakkan oleh Allah inilah yang membuat Si Ahmad bisa menyelengarakan shalat tahajud dan witir.

Demikian pula dengan amalan-amalan shaleh lainnya. Setiap amalan yang telah dikerjakan oleh seseorang adalah karunia (rezeki) dari Allah untuk orang tersebut. Karena itu begitu menyelesaikan suatu ‘perjalanan’ amal shaleh selayaknya seseorang mengucap syukur: “Alhamdulillah bisa selesai mengerjakan ...”.

Dalam bahasa yang digunakan Si Ahmad, ungkapan rasa syukurnya dituliskan dengan kalimat: “Barusan tidak sengaja shalat tahajud dan witir. Alhamdulillah”. Mungkin saja Si Ahmad agak berlebih-lebihan dalam memilih ungkapannya ketika ia akhirnya menggunakan kata ‘tidak sengaja’. Ia sebetulnya ingin mengatakan hanya karena kehendak Allah saja itu semua bisa terjadi. Ia menerima kenyataan bahwa itu rezeki dari Allah yang tidak bisa sengaja dirancang untuk bisa diperolehnya. Karena memang rezeki hanya dari Allah semata, tidak seorang pun bisa merancangkannya.

Karena itu bersiap-siaplah kita untuk menerima rezeki dari Allah berupa: bisa menuntut dan mengajarkan ilmu, bisa shalat wajib, bisa puasa, bisa zakat, bisa pergi haji, bisa mencari nafkah, bisa menafkahi keluarga, bisa sedekah, bisa menyantuni orang miskin, bisa shalat malam, bisa shalat dhuha, bisa baca Al-Quran, bisa dzikir, bisa membaca, bisa menulis dsb.

Apa anda siap menerima rezeki itu? Apa anda siap mensyukurinya?

Semoga bermanfaat.

Salam dari Bandung.

Bandung, 22 Maret 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun