Tanah Sunda, wilayah yang luas dan subur di Indonesia, memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Salah satu aspek penting dalam sejarah Tanah Sunda adalah jejak historiografi Islam yang telah melahirkan sejumlah karya monumental dan pandangan dunia yang unik. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri jejak historiografi Islam di Tanah Sunda, menggali kekayaan warisan sejarah yang terkait dengan perkembangan agama Islam di wilayah tersebut.
Awal Penyebaran Islam di Tanah Sunda:
Sejarah awal penyebaran Islam di Tanah Sunda dapat ditelusuri kembali ke abad ke-14 Masehi. Islam datang melalui jalur perdagangan dan interaksi dengan para pedagang Arab, Persia, dan Gujarat. Salah satu tokoh penting dalam penyebaran Islam di Tanah Sunda adalah Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama yang diyakini sebagai penyebar agama Islam di wilayah tersebut. Dalam catatan sejarahnya, Syekh Datuk Kahfi banyak memberikan pengaruh dalam memperkuat keberadaan Islam di Tanah Sunda.
 Pustaka Jawi dan Penulisan Sejarah:
Pada masa penyebaran agama Islam di Tanah Sunda, muncul tradisi penulisan menggunakan aksara Jawi, yaitu tulisan Arab dengan variasi lokal. Aksara Jawi digunakan dalam penulisan kitab-kitab agama, sastra, dan karya sejarah. Dalam konteks historiografi Islam, beberapa karya monumental yang ditulis dalam aksara Jawi menggambarkan perkembangan agama Islam di Tanah Sunda. Karya-karya ini mencakup sejarah kerajaan, biografi ulama, dan catatan perjalanan keagamaan.
 Warisan Karya Historiografi Islam di Tanah Sunda:
Salah satu karya historiografi Islam yang terkenal adalah "Babad Cirebon", yang ditulis dalam bahasa Jawa dan menggunakan aksara Jawi. Babad Cirebon menceritakan sejarah Kerajaan Cirebon yang memiliki pengaruh kuat dari agama Islam. Karya ini memberikan wawasan tentang peran Islam dalam pembentukan identitas budaya dan politik di Tanah Sunda.
Selain itu, karya-karya seperti "Serat Salira Kanda" dan "Serat Sasana Kriya" juga memberikan gambaran tentang perkembangan Islam di Tanah Sunda. Kedua karya tersebut berisi tentang ajaran agama Islam dan etika kehidupan beragama yang diakui oleh masyarakat setempat.
Tradisi Lisan dan Pesantren:
 Selain tulisan, tradisi lisan juga memainkan peran penting dalam historiografi Islam di Tanah Sunda. Melalui tradisi lisan, kisah-kisah tentang ulama terkemuka, tokoh-tokoh agama, dan peristiwa sejarah disampaikan dari generasi ke generasi. Pesantren, lembaga pendidikan agama Islam, juga menjadi tempat penting dalam penyebaran dan pemeliharaan sejarah Islam di Tanah Sunda. Di pesantren, para santri belajar tentang ajaran agama Islam serta kisah-kisah sejarah yang terkait dengan Islam di Tanah Sunda.
Masa Kini dan Pelestarian Historiografi Islam:
Pelestarian historiografi Islam di Tanah Sunda menjadi tantangan di era modern. Upaya harus dilakukan untuk mengumpulkan, menerjemahkan, dan melestarikan karya-karya historis tersebut. Pendidikan sejarah yang lebih mendalam tentang jejak historiografi Islam di Tanah Sunda juga perlu diperluas untuk mengenalkan generasi muda kepada warisan sejarah tersebut.
Kesimpulan: Jejak historiografi Islam di Tanah Sunda memberikan gambaran tentang perkembangan agama Islam dan pengaruhnya terhadap budaya dan sejarah wilayah tersebut. Karya-karya monumental yang ditulis dalam aksara Jawi dan tradisi lisan menjadi bukti penting dalam pelestarian warisan sejarah ini. Dalam menghargai kekayaan historiografi Islam di Tanah Sunda, upaya pelestarian, penelitian lebih lanjut, dan pendidikan sejarah yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa jejak historiografi Islam ini tetap hidup dan dihargai oleh generasi masa kini dan masa depan