Mohon tunggu...
M Syafii
M Syafii Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang mencari bakat penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Abraham Maslow terhadap Psikologi Atlet Nasional

21 Desember 2022   00:22 Diperbarui: 21 Desember 2022   00:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum kita membahas bagaimana pandangan Maslow terkait psikologi atlet, sebaiknya kita harus mengenal terlebih dahulu siapa itu Maslow. Abraham Maslow merupakan tokoh psikologi terkenal yang memberikan kontribusi dalam dunia psikologi. Abraham Maslow lahir dari Brooklyn, New York pada 01 April 1908. Ia lahir di keluarga yang sederhana dengan orang tua yang tidak lanjut studi hingga pendidikan tinggi. Abraham Maslow wafat pada tanggal 08 Juni 1970 pada umur 62 tahun. Maslow menikah dengan Bertha yang merupakan sepupunya sendiri pada tahun 1928.

Abraham Maslow mengenalkan aliran psikologi humansitik yang mempercayai bahwa aktualisasi diri manusia merupakan suatu wahana untuk menggali potensi dasar dalam menggapai dirinya. Kebutuhan manusia diatur secara hierarkis. Disebut hierarki karena orang benar-benar memenuhi kebutuhannya secara bertahap. Maslow menganggap manusia sebagai orang yang memiliki sisi baik yang perlu ditingkatkan. Sisi baik yang dimaksud oleh Maslow yaitu unik, optimis, menyukai kebebasan, mampu menghadapi pengalaman masa kecil, dan kebaikan yang dibawa sejak lahir. Tidak hanya itu. Morivasi juga merupakan hal yang dibutuhkan untuk mencapai aktualisasi diri. Terdapat lima asumsi yang dijelaskan oleh Maslow, yaitu:

  • A jolistic approach to motivation, yang berarti bahwa seluruh diri individu sudah mendapatkan motivasi
  • Motivation is usually complex, yang berarti bahwa motivasi dapat muncul kapan saja dari perilaku yang sama
  • People are continually motivated by one need or another, yang berarti individu memiliki dorongan motivasi yang berkelanjutan
  • All people averywhere are motivated by same basic needs, yang berarti setiap individu mempunyai kebutuhan yang sama
  • Needs can be arranged on a hierarchy, yang berarti kebutuhan didasarkan pada heirarki kebutuhan

Dalam pandangan heirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow, terdapat lima tingkatan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu, yaitu:

Dari tingkatan tersebut dijelaskan bahwa:

  • Physiological
  • Kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang mencakup bernafas, makanan, minuman, tidur, rumah, dan membuang kotoran. Jika hal ini tidak perpenuhi maka akan berdampak pada tingkatan berikutnya.
  • Safety
  • Kebutuhan akan rasa aman yang meliputi keamanan jasmani dan rohani, rasa aman dari ancaman orang luar,  kesehatan hingga bencana alam. Tetapi kebutuhan ini sedikit berbeda dari kebutuhan lainnya karena kebutuhan ini bisa saja terkendala karena hal yang tidak terprediksi
  • Love/belonging
  • Kebutuhan cinta dan kasih sayang. Ketika kebutuhan ini didapatkan maka akan muncul keinginan untuk merasakan cinta dan kepemilikan. Seperti hubungan dengan lawanjenis, hubungan pertemanan, kasih sayang bersama keluarga, penerimaan dalam bermasyarakat.
  • Esteem
  • Kebutuhan pengakuan atau peningkatan harga diri. Kebutuhan ini muncul dikarenakan telah memiliki motivasi yang kuat dan pendukung yang memunculkan rasa harga diri yang tinggi. Seperti memunculkan keahlian baru sehingga merasa ingin dianggap hebat oleh orang lain
  • Self-actualization
  • Tidak hanya pada kebutuhan untuk diakui, tetapi terdapat juga kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Hal ini menggambarkan bahwa setiap individu merasa butuh untuk mencapai aktualisasi diri sehingga bisa disebut sebagai manusia seutuhnya.

Dari beberapa hal yang telah disebutkan dalam teori Maslow, atlet juga memiliki keebatan tersendiri untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Seperti pada tingkatan Esteem yang sudah dijelaskan. Atlet juga membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk meningkatkan motivasi dalam menggapai kemenangan mutlak. Faktor lain adalah kelas sosial yang bisa diangkat, dari ia yang berasal dari kelaurga rendah bisa terangkat menjadi keluarga terpandang karena prestasi yang dimcapai. Dari beberapa penelitian menemukan bahwa atlet sangat agresif untuk menjadi lebih bisa mengontrol emosi dan mampu menghargai diri sendiri maupun orang lain. Ketika sudah berada didalam pertandingan, psikologi atlet beregu dengan individu bisa diukur dengan kecemasan yang dimilikinya. Dari hasil riset yang didapat, kecemasan atlet lebih ditemukan pada atlet individu, karena didalam pertandingan hanya dia yang berfokus pada kemenangan serta perhatian pendukung yang mengharapkan penampilan terbaik. Tetapi ketika atlet individu melaksanakan tugasnya untuk menjadi pemenang dalam berkompetisi tingkat nasional, maka rasa bangga akan kemampuannya akan sangat tinggi. Oleh karena itu rasa ingin diakui oleh orang lain bagi atlet individu sangat besar meskipun memiliki resiko yang besar juga.

Dari yang telah dikemukakan, maka atlet memiliki peran sebagai pembentuk kepribadian dan membutuhkan pengakuan bagi orang lain. Pola kepribadian menurut Maslow terdapat pada keinginan atlet untuk diakui oleh orang lain. Sehingga ia bisa mendapatkan aktualisasi diri dan bisa disebut sebagai manusia yang sesungguhnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun