Masa akhir kanak-kanak adalah awal mereka duduk di bangku sekolah. Pada masa ini, anak berusaha untuk bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan baru. Dalam masa ini, anak pun mengalami pola hidup yang tak seimbang. Mereka mulai menyesuaikan diri, mulai berpikir akan hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya, dan berusaha menyelesaikan persoalan-persoalan yang mulai muncul dalam kehidupannya. Dari sinilah aspek kognitif pada anak mulai berkembang.
Selama satu sampai dua tahun terakhir masa kanak-kanak terjadi pula perubahan fisik yang juga berhubungan dengan perkembangan nilai kognitif dalam dirinya. Perkembangan kognitif pada anak berbeda-beda, tergantung dari lingkungan anak, dan sifat alamiah yang mereka miliki. Secara alami, tidak hanya perubahan kognitif dan fisik yang berubah akan tetapi juga meliputi perubahan sikap, nilai, dan perilaku. Setelah masa kanak-kanak akhir ini selesai, mereka bersiap untuk memasuki masa remaja. Sesuai dengan usia dan kebutuhannya, kognitif mereka pun akan semakin berkembang. Ketidakseimbangan hidup yang akan dialami pada awal periodenya kemudian berusaha bertahan dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada.
Menurut teori kognitif pieget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operasional thought), yaitu aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata. Dan pada tahap operasional konkret, anak-anak sudah memiliki pemahaman yang lebih baik daripada anak-anak praoperasinal mengenai konsep spasial, sebab-akibat, pengelompokan, penalaran induktif dan deduktif, konservasi, serta angka danakhir masa anak-anak sering disebut sebagai ”usia berkelompok”, (gang) karena pada masa ini ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok di sekolahnya.
Piaget menyebutkan bahwa perubahan dari pemikiran anak yang lebih dewasa, lebih logis, dan fleksibel bergantung pada perkembangan neurologis dan pengalaman dalam adaptasi dengan lingkungan. Dukungan terhadap pengaruh perkembangan neurologis diukur melalui pengukuran kulit kepala dari aktifitas otak pada saat tugas-tugas konservasi. Anak yang sudah mencapai konservasi volume memiliki pola gelombang otak yang berbeda dari anak yang belom mencapainya, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan mereka menggunakan bagian otak yang berbeda untuk mengerjakan tugas .
Kemampuan seperti konservsi dapat bergantung pada seberapa baik pengenalan mereka terhadap benda yang dimanipulasi. Anak dapat berfikir secara logis tentang hal-hal yang telah mereka ketahui sebelumnya. Jadi pemahaman konservasi dapat muncul, tidak hanya dari pola-pola baru oraganisasai mental tapi juga dari pengalaman yang dibentuk oleh budaya dengan dunia fisik.
M. Surgo Firdaus (13150007)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H