Latar Belakang dan Gambaran Masalah
Akhir-akhir ini, terjadi perubahan pada bumi dengan begitu drastis. Terlihat dari perubahan iklim yang dirasakan oleh semua negara di dunia. Dampak tersebut dikhawatirkan akan meluas. Hal ini terlihat dari berbagai fenomena alam iklim, seperti meningkatnya suhu udara, terganggunya siklus hidrologi, dan meningkatnya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia. Variasi suhu dapat berdampak pada kehidupan manusia dengan menimbulkan masalah kesehatan, perubahan suhu secara tiba-tiba, dan epidemi seperti demam berdarah, kelainan kulit, batuk, dan pilek. Perubahan iklim berpotensi berdampak pada pertanian, perekonomian, dan bahkan kesehatan. Perubahan iklim dapat mengakibatkan rendahnya hasil panen padi, tebu, sayuran, dan tanaman lainnya. Hal ini dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga kelangsungan hidup bumi.Â
Pembuangan limbah secara sembarangan masih menjadi masalah hingga saat ini. Ini juga merupakan hal yang merusak keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, menunjukkan jumlah akumulasi sampah nasional mencapai 21,1 juta ton. Enam puluh lima persen (13,9 juta ton) dari total produksi sampah nasional dapat dikendalikan, sedangkan 34,29% sisanya (7,2 juta ton) tidak dikelola dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan dampak kerusakan lingkungan yang buruk untuk kedepannya.. Pencemaran air dapat disebabkan oleh sampah-sampah rumah tangga, misalnya air bekas mandi dan cuci. Meskipun banyak pemukiman memerlukan air, air kotor tidak dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga dan akan menimbulkan dampak sosial yang signifikan sehingga memerlukan waktu lama untuk pulih.Â
Dampak dari penumpukan sampah organik yang berasal dari kegiatan rumah tangga, sampah organik yang terdegradasi oleh mikroorganisme akan menimbulkan bau yang tidak sedap (busuk) akibat penguraian sampah menjadi lebih kecil yang disertai dengan keluarnya gas yang baunya tidak sedap. Kondisi seperti ini jika tidak segera untuk diperbaiki kedepannya maka akan menimbulkan dampak yang begitu besar bagi kehidupan. Kerusakan lingkungan yang paling tinggi terletak pada provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta. Hasil tersebut didasarkan pada hasil penelitian berdasarkan indeks kualitas udara, indeks kualitas air, sampah terkelola, dan indeks kualitas tutupan lahan. Hal ini menjadi bukti bahwa masih banyak terdapat kerusakan lingkungan di Indonesia.
Permasalahan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat modern di seluruh dunia. Meskipun semakin banyak informasi mengenai kerusakan lingkungan dan dampak negatifnya, masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari betapa penting dan rumitnya permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan ini diperparah oleh kenyataan bahwa banyak masyarakat yang tidak melihat hubungan antara tindakan mereka dan lingkungan. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa perilaku mereka dapat menyebabkan polusi, yang dapat membahayakan satwa liar dan ekosistem. Misalnya, ketika masyarakat membuang bungkus plastik permen di jalan, hal tersebut dapat memicu tindakan serupa oleh orang lain, sehingga menyebabkan penumpukan sampah di ruang publik yang dapat polusi dan juga dapat membuat bau yang tidak sedap.
Salah satu faktor penyebab berkurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan adalah sifat konsumtif masyarakat. Sifat masyarakat yang konsumtif menjadi penyebab rendahnya kesadaran terhadap lingkungan. Budaya konsumsi yang mendominasi masyarakat modern mendorong masyarakat untuk membeli, menggunakan, dan membuang barang dengan cepat tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan. Pemborosan sumber daya alam dan bertambahnya sampah menjadi permasalahan yang mendesak, banyak masyarakat yang masih belum menyadari bahwa setiap tindakan konsumsinya memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Â
Kurangnya pendidikan dan pemahaman terhadap isu lingkungan juga menjadi faktor penting. Beberapa sekolah dan program pendidikan belum sepenuhnya mengintegrasikan materi lingkungan hidup ke dalam kurikulum, sehingga generasi muda seringkali tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan perlindungan lingkungan. Akibatnya, mereka mungkin kurang mempunyai insentif untuk mengambil tindakan  berkelanjutan. Selain itu, banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Hal ini terjadi di daerah-daerah yang memiliki akses terhadap pendidikan yang terbatas. Dalam beberapa kasus, masyarakat mungkin tidak memiliki akses terhadap informasi dasar tentang pengelolaan sampah atau dampak pencemaran terhadap lingkunganÂ
Faktor lain yang turut menyebabkan rendahnya kesadaran lingkungan adalah kurangnya keterlibatan masyarakat. Ketika masyarakat tidak merasa bertanggung jawab terhadap lingkungannya, kecil kemungkinannya mereka mengambil tindakan untuk melindungi lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan situasi di mana masyarakat lebih cenderung melakukan perilaku yang berbahaya bagi lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan atau membuang sampah di sungai dan badan air lainnya.Â
Target dan SasaranÂ
Kesadaran akan lingkungan menjadi tanggung jawab bersama. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan agar keberlanjutan lingkungan dan kehidupan berlangsung dengan baik. Pengolahan sampah menjadi salah satu aktivitas yang dapat dilakukan masyarakat sebagai bagian dari kegiatan menjaga lingkungan. Oleh karena itu, strategi yang dapat digunakan dalam masalah ini adalah dengan bank sampah. Dimana masyarakat diajak untuk tidak melihat sampah sebagai barang yang tidak bernilai saja. Pendekatan kepada masyarakat dapat dilakukan dengan penyuluhan atau sosialisasi secara langsung. Model komunikasi yang dapat digunakan dalam strategi ini adalah difusi inovasi. Model tersebut dapat membuat pemberdayaan akan kegiatan ini menjadi semakin efektif.
Pembahasan