Mohon tunggu...
Muhammad Sahlan Ramadhan Solichin
Muhammad Sahlan Ramadhan Solichin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

M.S.R.S yaitu... "Muhammad Sahlan Ramadhan Solichin" Seni "Musik, Sastra, Rupa, Show" "Masalah Solusi Rahasianya Super" menurut kamu M.S.R.S itu apa?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fakta Sorakan: "Garuda di Dadaku-nya Jupe Si Nasionalis Kontemporer"

16 September 2013   02:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:50 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Sebagai "produk orba" ketika mendengar kata nasionalisme, maka yang terbayang dibenak kita yaitu:

1)sikap patriotisme pejuang kemerdekaan

2)pertempuran melawan belanda

3)lagu wajib negara

4)semangat bela negara

5)wawasan nusantara

6)garuda, merah putih, UUD Dasar dan lembaga formal negara.

Hal ini wajar, sebab melalui pelajaran PMP yang kemudian menjadi PPKN, PSPB, Kewiraan dan sebagainya, peserta didik ditempa dengan berbagai konsep tentang nasionalisme.

Sebagai anak bangsa, tentu wajib mencintai bangsa dan negaranya. Sebab hal itu adalah modal sosial dari sebuah bangsa. Nasionalisme seperti yang tertulis di Wikipedia.org disebut "adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam Bahasa Inggrisnya : nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia"

Pada era reformasi ini, berbagai persoalan kebangsaan mengemuka. Salah satu diantaranya adalah menurunnya kecintaan pada bangsa dan negara. Sehingga memang siapapun yang masih peduli bangsa ini, memandang perlu untuk merevitalisasi spirit nasionalisme kita hari ini.

==================================================

Sepakbola, adalah olahraga sekaligus permainan paling populer dijagat ini. Berbagai kepentingan masuk didalamnya. Mulai dari bisnis, budaya, termasuk nasionalisme. Hal ini kemudian mengkondisikan Julia Perez untuk muncul sebagai tokoh nasionalisme kontemporer.


Demam sepakbola bercampur aduk dengan isu anti malaysia. Sehingga menjadi momen untuk memperbaharui nasionalisme anak bangsa disatu sisi, memacu prestasi PSSI disisi lain. Sementara, penikmat bola umumnya kaum adam berusia belia yang hasrat seksnya menggebu. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Jupe, sebagai artis pemilik ukuran BH nomor 36D untuk meletakkan Garuda, simbol negara ini, didadanya. Dan hal ini tentu bukan kebetulan :) lahirlah slogan GARUDA DI DADAKU !!! yang memunculkan nasionalisme dadakan yang tidak berangkat dari konsep kebangsaan yang substansial.


Ketika mensupport PSSI, slogan yang sering diteriakkan Jupe (tokoh nasionalis kontemporer) adalah GARUDA DI DADAKU. Bukan GARUDA DI HATIKU, bukan pula GARUDA DI JIWAKU, bukan pula GARUDA ADALAH SEMANGATKU dan bukan pula berbagai variasi dan kemungkinan kalimat yang bisa digunakan.

Hal ini menunjukkan bahwa, pemilihan kata dan kalimat yang digunakan bukanlah asal-asalan, namun memiliki makna intrinsik dibalik nasionalisme garuda itu sendiri, yaitu sensualitas. Ironisnya, Jupe malah menolak usulan ibunya agar menikah dengan lelaki pribumi yang seiman. Dan Jupe (mengatasnamakan cinta) berusaha memperjuangkan Gaston, pria bule asal Argentina.

Foto-foto pra wedding Jupe - Gaston sendiri sangat mengedepankan sensualitas. Nampak, nasionalisme ala Jupe (slogan andalannya --> garuda didadaku !!!) tidak lebih dari motivasi untuk PSSI belaka agar mengalahkan Malaysia pada pertandingan sepakbola. Semboyan dan Tokoh nasionalis kontemporer tidak kita temukan saat embargo luar negeri terhadap persenjataan TNI, demikian pula terhadap gagasan nasionalisasi aset asing di Indonesia. Nasionalisme ala Jupe juga kita tidak temukan saat budaya bangsa sedang dikikis oleh budaya asing. Namun yang pasti, tunggu Nasionalisme ala Jupe pada pertandingan antara PSSI dan Malaysia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun