Setiap negara pasti memiliki tokoh atau pejuang yang nasionalis dan patriotis, baik itu berjuang memberikan sumbangsih secara material atau immateril. Membaca dari kisah pejuang Somalia yang tak gentar-gentarnya mengusir "intervensi" pasukan AS dan PBB di Somalia, dan berbanding terbalik dengan pernyataan AS yang berdalih bawah mereka mengirim pasukan untuk memediasi konflik perang saudara Somalia pada tahun 1992. Ia bernama Muhammad Farah Aidid, panglima perang dan pemimpin faksi terpandang Somalia selama terjadinya Somalia Civil War "1980 -- 1990".
Lahir sekitar tahun 1930 di Beledweyne, Somaliland Italia, Aidid menerima pelatihan militer di Italia dan Uni Soviet. Ia menjabat di berbagai posisi di bawah diktator Somalia Mohamed Siad Barre hingga tahun 1978. Setelah Barre digulingkan pada tahun 1991, Aidid muncul sebagai pemimpin klan yang dominan, yang menjadi pusat perebutan kekuasaan yang melanda Somalia.Â
Konflik Aidid dengan pasukan internasional sangat penting. Ketika pasukan AS dan PBB melakukan intervensi di Somalia pada tahun 1992 untuk mengatasi krisis kemanusiaan dengan jumlah pasukan seitar 35.000. Pengiriman pasukan tersebut bernama Operasi Provide Relief, yang juga menyediakan bantuan pangan dan bahan makanan.
Sumber: Somalia Intervention, Maxamed Farah Aydid, Britannica
Buronan 25.000 Dolar, Operasi Restore Hope, Misi Irine
Secara umum, operasi tersebut berhasil, namun hal itu membuat klan-klan utama yang bersengketa tidak nyaman dan Aidid secara tegas menolak kehadiran mereka. Melihat pasukan PBB yang dipimpin oleh AS berkeliaran selama kurang lebih setahun, Aidid melancarkan serangan ke mereka tanpa henti-henti.Â
Melihat situasi semakin mencekam, mereka merespon dengan melancarkan operasi Restore Hope, operasi militer terbatas untuk mengkampanyekan perdamaian di wilayah terbuka Somalia. Tetapi, serangan brutal yang terus dilancarkan oleh milisi Aidid, AS dan PBB menghadiakan 25.000 dolar untuk penangkapan dan perburuan Aidid dalam hidup atau mati.
Mendengar perburuan tersebut membuat Aidid lebih waspada terhadap pasukan AS dan PBB. Tepat pada tanggal 3 Oktober 1993, AS melancarkan misi yang diberi nama "Irine", yang mana AS mengirimkan beberapa helikopter Blackhawk  yang ditumpangi 140 personel Elite Delta Force dan mengirimkan pasukan gabungan Army Rnagers.Â
Mendengar misi AS tersebut, Aidid menyiagakan milisinya di Distrik Laut Hitam kota Mogadishu. Kontak senjata tidak terhentikan pada waktu itu yang membuat dua helikopter Blackhawk super 61 dan super 64Â ditembak jatuh, namun personel Elite Delta Force sudah diturunkan kecuali pilotnya.
Sebenarnya pasukan PBB yang dipimpin oleh AS pada mulanya hanya diberikan misi untuk menangkap beberapa pejabat dan loyalis kepercayaan Aidid, namun yang terjadi diluar kendali karena milisi Somalia sudah menunggu kedatangan mereka.