Mohon tunggu...
Maman Somantri
Maman Somantri Mohon Tunggu... Administrasi - Dr. Maman Somantri.MT. mengajar di Departemen Pendidikan Teknik Elektro UPI

Dr. Maman Somantri.MT. mengajar di Departemen Pendidikan Teknik Elektro UPI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strategi Upah Mahal

13 Februari 2017   06:54 Diperbarui: 13 Februari 2017   08:14 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali serikat pekerja menyuarakan Naikan Upah, TOLAK UPAH MURAH ,mungkin suara itu ada alasan yang rasional keluar dari keinginan  para buruh dan juga keinginan dari pengurus serikat tersebut. Suara tersebut diucapkan dengan lantang dalam bentuk orasi dideapan masa alias DEMO.  Saat meneriakan keinginan tersebut kemungkinan besar didorong dengan keyakinan bahwa suaranya akan didengar oleh orang yang tuju alias PENGUASA. BErbagai argumen dilontarkan untuk bisa didengar keinginannya , bahkan kalau diajak diaalogpun perwakilan serikat buruh pun tidak akan pernah bergeming walau sedikit, alias NGOTOT karena merasa keingringnannya sudah berdasarkan fakta kehidupan yang layak yang memerlukan uang besar. Timbul suatu pertanyaan jika buruh menginginkan upah besar terus siapa yang akan mengupahnya ? apakah benar bahwa pengusaha membayar upah terlalu kecil ?

Sejak penulis menjadi pekerja sering dihadapkan dengan gelombang Demonstrasi, namun sejak jadi karyawan Penulis belum pernah sedikitpun berkeinginan untuk demonstrasi walau seringnya penulis dijadikan kambing hitam sebagai otak Demonstrasi. Penulis tak pernah merasa bahwa demonstrasi buruh sebagai salah satu jalan untuk menggoalkan keinginan atau upaya menaikan upah, sehingga pernah dialami oleh penulis ketika menolak mengikuti demonstrasi karyawan lain menganggap bahwa penulis adalah PENGHIANAT Bangsa dan Penindas Rakyat, mungkin itu yang mereka rasakan karena penulis tidak mendukung upaya demonstrasi, padahal belum tentu sama dengan apa yang dipikirkan oleh penulis sendiri.

Sejalan dengan perkembangan usia dan jaman, penulis mencoba menjadi sebagai pengusaha baik pengusaha dengan membuat produk sendiri dan dijual sendiri, maupun berusaha menjadi subkontraktor dari perusahaan besar. Formulasi biaya operasional yang dihitung oleh penulis adalah Bahan Baku, Upah , Transfortasi , pajak dan biaya lain lain yang bisa mencapai 10% dari semua biaya.

Dari formulasi tersebut didapatkan suatu hubungan yang saling ada keterkaitan dengan kata lain jika salah satu komponen naik maka komponen lainnya juga akan ikut naik, maka jika buruh menginginkan naikan upah sampai dengan 10% (apalagi 30%) sudah bisa dipastikan bahwa komponen biaya akan naik minimum 30%, terus pertanyaannya apakah harga jual akan naik ? Jika kita hanya dipasarkan di Indonesia maka harga jual tersebut dapat kita naikan sesuai dengan kenaikan biaya produksi, namun jika diekspor ? pilihannya adalah harga TETAP. Jika kondisi seperti ini apakah membuat perusahaan itu profitable ?.Perlu dipahami semua pihak bahwa pengusaha membuka usahanya tujuannya hanya satu CARI UNTUNG jika tidak untung kenapa mesti usaha ?????.

Muncul pertanyaan terus kenapa Serikat pekerja selalu meneriakan tolak upah rendah ? dan merasa bahwa upah di Indonesia sangat rendah ? kesiapa ditujukannya teriakan ini ? apakah ke pengusaha  besar ? menengah ? Pengusaha Kecil ? terus UMK itu siapa yang harus menjalankan ? Jawabannya SEMUA . Jiak kondisi ini berjalan mampukah Pengusaha untuk bisa menjalankan usahanya ? . Yang dipikirkan oleh Penulis adalah memang benar para aktivis buruh itu hebat hebat dan sangat pengalan juga profesional, sehingga bisa menganalisa untuk bisa menolak upah buruh kecil dan juga minta menaikan upah buruh yang tentunya bagi semua kalangan perusahaan.

Baiklah jangan kita salahkan Serikat Buruh, atau Pengusaha bahkan atau Penguasa. Ideu briliant yang dicetuskan oleh serikat buruh tersebut anggaplah kita sama sama jadikan sebagai sebuah ideu dan perlu didukung oleh semua lapisan yang berkompeten. Jika keiinginan serikat buruh ini benar dan analisanya memang sangat Brilliant maka ada satu ideu menggelitik dalam pikiran saya, dari pada keinginan Buruh ini bentrok dengan keinginan pengusaha alangkah lebih bijak jika kita dukung suoaya ideu ini bisa diimplementasikan mungkin saja Kaum Buruh bisa menjalankannya , caranya yaitu berikan kesempatan pada serikat Buruh untuk menjadi pengusaha KECIL agar mampu merumuskan formaulasi berbisnis dengan UPAH BESAR.

Pemerintah dan Pengusaha mendorong serikat buruh untuk mendirikan perusahaan di tiap tiap daerah dengan perusahaan tiap tiap bidang sehingga bisa menghasilkan formulasi yang bagus dan bisa ditiru ooleh pengusaha lainnya. Saya katakan perusahaan namanya PERUSAHAAN BURUH. Perusahaan ini dibuat oleh serikat dengan karyawannya anggota serikat tersebut modalnya dari mana ? dengan jumlah anggota yang banyak maka tentunya modal awal bisa dikumpulkan dari iuran anggota . maka jadilah pengusaha Subkon sehingga tidak perlu modal besar dan berbasiskan PADAT KARYA sehingga yang menjalankan adalah tenaga manusaia sendiri (anggota Serikat) Perusahaan Besar hanya memberikan order dengan standar yang jelas, dan Penguasa (Pemerintah) sebagai jaminan atas usaha yang dilakukan oleh serikat tersebut.

Serikat buruh beserta dengan anggotanya menjalankan roda usaha tersebut sampai bisa membuat suatu formula bisa membayar UPAH BESAR, jika memang berhasil maka serikat buruh tidak usah mengganggu perusahaan lain untuk segera menaikan atau membayar upah yang besar, tapi kembangkannlah perusahaanya menjadi berbagai perusahaan dan semuanya dikelola oleh serikat, sehingga semua karyawan yang berserikat kerjanya ada di PERUSAHAAN BURUH sementara karyawan yang tidak berserikat ada di perusahaan lainnya. dan tentunya jangan saling mengganggu tapi bersaing dengan baik dan terbuka, tentunya ini akan menghasilkan suatu lingkungan yang sangat baik. Jika Serikat mampu maka karyawan akan berbondong bondong pindah kerja ke perusahaan Buruh, dengan kondisi ini tidak ada satu pihakpun yang akan dirugikan ....Bagaiman menurut anda .....???? ini tulisan pembuka aja .......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun