Dikampung ku dulu, hidup sebuah legenda tentang Tunu Tunu Keladi. Begini ceritanya….
Disatu daerah entah dimana berdirilah sebuah pesantren yang banyak sekali Santri yang belajar disana. Rata-rata Santri yang tinggal dan belajar disana cerdas-cerdas itelektualnya. Hal ini membuat sang Kyai pesantren senang hati.
Tapi diantara Santri yang cerdas-cerdas itu ada seorang Santri yang luar biasa gobloknya. Sangking gobloknya setiap pelajaran yang diberikan hari ini besoknya dia langsung lupa.
Hari ini belajar Ba, Alif yang dipelajari kemarin sudah lupa. besoknya belajar Ta, Ba yang dipelajari kemarin sudah hilang entah kemana.
Hal ini membuat Pak Kyai kurang senang kepada si Santri bodoh ini. Pertama, Pak Kyai merasa mengajar si Bodoh sebagai pekerjaan sia-sia alias arang habis besi binasa. Kedua, si Bodoh ini bisa menurunkan citra pesantrennya yang terkenal sebagai pesantren unggulan.
Cuma, Pak Kyai juga tak kuasa untuk men DO si murid ini, dikarenakan menurut adab pembelajaran yang dia anut adalah sebuah kejahatan bila menolak orang yang mau belajar se o’on apapun orang tersebut. Pak Kyai memutar akal untuk mensiasati bagaimana menghadapi murid ini. Akhirnya didapatlah sebuah strategi dimana dia tidak mesti berhadapan terus dengan itu murid dilain pihak dia tidak melanggar kode ethic perguruan.
Maka dijalankanlah rencana Pak Kyai. Selepas sembahyang Isya, Pak Kyai memanggil simurid bodoh.
Pak Kyai: Hai Fulan, maukah ku ajarkan kepada mu suatu ilmu yang sangat berguna
Si Murid yang mendengar tawaran ini dari guru yang dihormatinya tentu saja menjawab:
Murid: Tentu saja saya bersedia Pak Kyai.
Pak Kyai: Begini, kau hafalkan setiap hari ilmu berikut ini:
Tunu-tunu keladi,
Tunu dibawah batang,
Tuntut ilmu menjadi
Ilmu dibawa terbang.
Demikianlah, alangkah gembiranya si Murid mendapatkan ilmu baru dari gurunya ini, setiap waktu dia terus menghafalkan 4 bait ilmu yang diajarkan Pak Kyai tadi. Pertama-tama memang dia kesusahan juga, namun karena semangatnya yang tinggi akhirnya 4 bait itu bisa juga dihafalkan. Tidak pagi, tidak siang dan juga malam tak pernah dijumpai si Bodoh ini kalau tidak sedang menghafal ilmu pilihan sang guru tercinta.
Karena siBodoh sudah asyik dengan ilmu barunya itu, maka sekarang Pak Kyai sudah berkurang bebannya. Beliau sudah lebih bisa focus untuk mengajar kepada murid-murid lain yang cerdas-cerdas itu.
Suatu waktu setelah Pak Kyai merasa murid muridnya cukup memperoleh ilmu, maka dia berencana untuk berangkat ke Mekkah bersama murid-muridnya untuk menunaikan ibadah haji. Hari keberangkatan pun ditentukanlah dan diputuskan bahwa si bodoh tidak ikut serta karena ditugaskan menjaga pesantren. Sebetulnya ini alasan Pak Kyai saja. Menerima keputusan ini si Bodoh tidak berkecil hati, karena dia adalah murid yang patuh pada guru walaupun dia sangat ingin untuk pergi juga bersama sama ke Mekkah.
Dengan menggunakan kapal laut akhirnya rombongan pak Kyai dan Santrinya berangkatlah. Butuh waktu berbulan-bulan mengharungi lautan dan perjalan darat hingga sampai ke kota Mekkah. Namun apa yang terjadi, begitu rombongan Kyai-Santri ini sampai pertama kali di depan Ka’bah, eh si murid bodoh sudah sudah ada disana dan menyambut mereka dengan suka cita. Pak Kyai dan rombongan sangat terkejut, bagaimana sibodoh ini bisa ada disini? Bukankah dia ditugaskan untuk menjaga Pesantren?.
Akhirnya si murid Bodoh ini diinterogasi oleh Pak Kyai. Si murid dengan jujur mengatakan bahwa dia berangkat ke Mekkah dengan cara terbang menggunakan ilmu yang diajarkan oleh Pak Kyai sendiri.
Ditulis: dalam rangka Hari Pendidikan National
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H