“Bujaaaaanggg! Bukankah sudah berkali kali ku katakana pada mu, jangan kau bertempur, tapi bertempur juga kau, maka matilah kau dan dimakan cacing tanah! Bujaaaaaaang!”
Siapa generasi 80an yang tak kenal dengan ratapan ini?, aku rasa hampir semuanya. Penggalan ratapan itu adalah salah satu dialog dalam film Naga Bonar yang diperankan oleh Dedy Mizwar dengan sangat lantam nya dan di sutradarai oleh Asrul Sani, seorang maestro film layar lebar.
Film ini menceritakan tentang seorang pemuda bekas napi tukang copet di kota Medan bernama Naga Bonar yang memimpin satu pasukan untuk mengusir Belanda pukimat naitu paska proklamasi oleh Sukarno Hatta.
Apakah Naga Bonar tokoh nyata atau fiktif belaka?. Banyak orang yang meyakini ini adalah kisah fiktif, tapi bagi Bang Onto Hutapea (seorang kawan dan abang yang begitu ku kagumi): Naga Bonar adalah memang tokoh yang nyata. Namun sebetulnya namanya bukanlah Naga Bonar tapi …. Akh aku lupa siapa namanya yg dibilang bang Onto itu.
Sewaktu Bang Onto menceritakan tokoh ini, aku merasa yakin kalau tokoh ini memang nyata karena Bang Onto masih menyimpan anekdot-anekdot lucu lain dari si Naga yang anekdot itu tidak kita jumpai ketika menonton filmnya. Salah satu anekdot itu akan aku sajikan dalam tulisan ini, sementara anekdot yang lain aku lupa dan masih tersimpan sama Bang Onto. Mudah mudahan daya ingat ini bisa pulih kembali dan bisa memperkaya tulisan ini.
Martep-tep
Didalam film, kepangkatan anggota pasukan gerilya Naga Bonar ditentukan sendiri dikelompok itu. Tidak ada system yang jelas untuk mengatur pangkat apa untuk tugas bagaimana. Dan orang yang memutuskan kepangkatan ini adalah SiLukman yg notabene adalah bawahan Naga Bonar sang Jendral, sementara Naga Bonar tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini karena latar belakang dia yang buta huruf. Inilah yang menyebabkan si Bujang protes karena di kasih pangkat Kopral dan memutuskan untuk menyerang Belanda sendiri dan berujung pada gugurnya dia.
Tapi kalau kita mendengar versi dari Bang Onto maka penentuan kepangkatan sebetulnya ditentukan oleh Naga Bonar sendiri yang bisa dilihat dari satu peristiwa perekrutan anggota baru pasukan. Sebutlah nama si pemuda calon gerilyawan ini bernama Lokot, dan ditengah tengah interview terjadi dialog seperti ini:
Naga Bonar : “Apakah kowe bisa sakkap melayu?”
Lokot : “Bisa tuan”
Naga Bonar : “Kalau begitu Sersan lah kowe!”
“Apakah kowe bisa martep-tep?”
Lokot : “Bisa sekali tuan”
Naga Bonar : “Letenan Koe!”
“Apa kau punya saudara perempuan?”
Lokot : “Punya Tuan”
Naga Bonar : “Bah, Letkol Kowe!”
“Apakah Dia Cantik?”
Lokot : “Dia masih kecil tuan”
Naga Bonar : “Ah, Koporal sajalah kowe!”
--------------------------
Catatan:
Sakkap = Cakap, Berbahasa, Ngomong (Cakap dilidah orang Medan menjadi sakkap)
Sakkap melayu = Berbahasa Indonesia
Martep-tep = Mengetik
Kowe = Kamu (asal kata dari bahasa Jawa = kuwe. Kowe selalu diucapkan oleh orang Belanda ketika berbicara dengan pribumi yang ditiru-tiru oleh Naga Bonar dan orang-orang jaman itu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H