PR Petani Buat Presiden Terpilih (Revitalisasi Penyuluh Pertanian)
Oleh : msholeh10@gmail.com
Hari ini 24 September 2024 diperingati sebagai hari tani nasional ke-64. Sebagai hari tani nasional yang bertolak dari UUPA Undang-Undang Pokok Agraria yang disahkan pada tanggal 24 September 1960 masih menyisakan berbagai masalah pertanian yang hingga kini masih menjadi tumpuan hajat hidup masyarakat di Indonesia. Dari masalah produktivitas, pupuk, impor pangan, upah buruh, irigasi, teknologi dan lain-lain berujung pada masalah kesejahteraan petani dalam arti luas.
Seolah tak pernah henti masalah petani dan pertanian tetap muncul dari tahun ke tahun bahkan sangat ironis dengan sebutan negara agraris yang disematkan kepada Indonesia. Justru ironis bertambah manakala Indonesia justru menjadi negara importir pangan dari negeri yang dulu pernah belajar dari Indonesia. Â Jika 40 tahun lalu, negeri Vietnam belajar bertani ke Bogor, maka kini mereka berjaya menjadi produsen handal pangan dunia. Ada apa dengan pangan Indonesia? Dimana kejayaan petani Indonesia?
Menjelang transisi pemerintahan Jokowi ke Presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan segera memimpin tampuk kepemimpinan pemerintahan mulai 20 Oktober 2024 nanti langsung dihadapkan kepada masalah ketahanan pangan nasional, kecukupan pangan, kemandirian pangan, kedaulatan pangan atau bahkan swasembada pangan. Â Beruntung beberapa infrastruktur pertanian seperti puouhan waduk dan bendungan berhasil diwariskan oleh pemerintahan Jokowi sebagai modal dasar penunjang ketahanan pangan di pemerintahan berikutnya. Â Demikian juga dengan berbagai bangunan irigasi, teknologi dan inovasi bisa menjadi warisan yang cukup baik. Â Namun bagaimanapun PR berat bagi pemerintahan Prabowo Subianto yang bertekad kembali ke swasembada pangan harus mampu diwujudkan sekaligus sebagai pemenuhan terhadap janji-janji politiknya.
Peran Penyuluh Pertanian/Revitalisasi Penyuluh Pertanian
Sejarah membuktikan pada tahun 1984, Indonesia sempat swasembada pangan beras dan mendapatkan penghargaan dari FAO saat itu dengan diundangnya Presiden Soeharto ke Roma markas FAO untuk menerima penghargaan dan pengakuan dunia akan swasembada pangan Indonesia saat itu. Â Namun habya sesaat kembali menjadi importir seiring dengan stagnasi produksi pangan nasional khususnya beras seiring dengan meningkat pesatnya jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan penduduk disinyalir meningkat 3.1 % per tahun, sementara pertumbuhan produktivitas pangan khususnya padi meningkat hanya 1.7% per tahun. Disinilah peliknya penyediaan kecukupan pangan menjadi tugas pemerintah menjadi masalah yang serius hingga saat ini.Â
Menilik kunci sukses swasembada pangan di jaman pemerintahan orba 1984 diantaranya faktor intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian dan yang tidak kalah pentingnya adalah peran SDM pertanian yang unggul dan kompeten serta teknologi yang berkembang pesat. Â Intensifikasi pertanian melalui pancausaha tani dari pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan serta irigasi yang cukup baik serta pasca panen.Â
Ekstensifikasi pertanian dengan menambahkan luas areal pertanian ke wilayah yang lebih memungkinkan seperti di luar pulau Jawa dan Bali yang dirasa sudah terlalu padat. Â Bagaimanapun pencetakan sawah baru tetap diperlukan disamping harus mempertahankan lahan abadi pertanian yang semakin beralih fungsi ke non pertanian. Demikian juga dengan diversifikasi pangan atau keanekaragaman pangan menjadi salah satu kiat mengurangi keterganfungan sumber karbohidrat dari pangan beras. Negeri ini semakin makmur bisa dilihat dari konsumsi beras per kapita yang cukup tinggi masih diatas 90 kg per kapita, sementa untuk hidup sehat masih bisa di angka konsumsi 60 kg perkapita/tahun. Â Namun juga jangan sampai kebablasan seperti beralihnya pangan berbasis gandum seperti roti, kue, mie dan sejenisnya disinyalir sudah mencapai 28 kg/kapita/tahun dimana total bahan gandum adalah impor.
Dari masalah SDM, peran penyuluh pertanian yang tercatat lebih dari 74 ribu pertanian belum dioptimalkan tugas pokok dan fungsinya. Â Padahal penyuluh pertanian adalah garda terdepan penyampai teknologi, inovasi dan modernisasi pertanian kepada para petani. KIta pernah mendengar kesuksesan Kelompencapir (Kelompok pendengar pembaca dan pemirsa) melalui temu wicara petani dengan presiden Soehargo pada tahun 1980 an. Saat ini Kelompencapir telah bermetamorfosa menjadi Pekan Nasional KTNA (Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan) setiap 4 tahun sekali. Kini saatnya Penyuluh Pertanian direvitalisasi, bahkan perlunya dilaksanakan sertifikasi profesi penyuluh pertanian menjadi suatu tuntutan dimasa mendatang. Â Petani adalah profesi, bukan sekedar obyek program pemerintah, maka sertifikasi profesi dimulai dari para penyuluh pertanian adalah suatu tantangan. Ini adalah beberapa PR Petani buat Presiden terpilih.