Uraaaaa !!! Â .......... itulah kata-kata genderang perang melawan Ukraina yang ditabuh Presiden Putin yang telah berlangsung lebih dari 15 minggu yang lalu atau telah berlangsung lebih dari 4 bulan sejak 24 Februari 2022. Â Namun belum ada yang bisa memprediksikan kapan perang ini akan berakhir. Yang jelas dampaknya secara global sudah mulai terasa. Prediksi krisis pangan dan energy akan terjadi ke depan. Dan hal itu juga berdampak kepada perekonomian nasional.
Sebenarnya saat ini apa yang terjadi perang apa? Perang Ekonomi, perang Ideologi, Perang Teknologi atau perang komoditi? Â Kita menyaksikan dalam negri bagaiman gonjang ganjing minyak goreng di tengah negeri produsen CPO terbesar di dunia, bagaimana krisis pangan diingatkan bahkan oleh Presiden, atau gonjang ganjing komiditas daging, cabai, bawang, gula bahkan kedelei yang hanya sebagai bahan baku tempe.
Dalam salah satu diskusi internal implementasi sistem manajemen nasional, yang disampaikan oleh Prof Didin S Damanhuri dan pengamat Dr Umar Juoro serta Ibu Nia Niscaya SH MBA, beliau-beliau menyampaikan bahwa krisis multidimensional dan krisis ekonomi, krisis pangan, krisis ini juga  merupakan  dampak dari dampak perang multidimensional, ya perang ekonomi, perang ideologi, perang komoditi, bahkan perang teknologi, semuanya berkembang sangat dinamis dan belum tahu akan berujung seperti apa.
Sebagai langkah kewaspadaan nasional, beberapa hari lalu Presiden Jokowi menyampaikan peringatan akan ancaman krisis pangan dan krisis energi. Â Bahkan sudah ada tanda-tanda benerapa negara saving bahan pangan dan energi di negara masing-masing dan tidak di ekspor. Akibatnya beberapa negara mulai terdampak. Â Beruntung Infonesia tiga tahun ini masih surplus pangan, akan tetapi harus tetap meningkatkan kewaspadaan nasional khusisnya dalam hal pangan dan energi. Â Pengalaman berharga kelangkaan minyak gorrng dan melambungnya harga minyak dunia harus diantisipasi secara bijak.
Lebih lanjut diskusi internal tersebut mengapresiasi kebijakan pemerintah atas penanganan pandemi covid-19 yang sistematis, terstruktur dan masif dilakukan oleh pemetintah sehingga cepat teratasi dan segera bisa kembali recovery baik dalam hal ekonomi, kesehatan maupun sektor terkait lainnya. Â Leboh lanjut pengamat kebijakan nasional Dr Umar Juoro menyampaikan bahwa sektor keuangan juga harus diantisipasi sedini mungkin, indikasi nilai tukar rupiah bergerak naik bahkan lebih dari 14.700 per USD Â cukup menjadi perhatian yang serius. Â Tekanan-tekanan ini tak lepas dari dinamika nilai tukar global dan kebijakan global dalam hal finansial dan perdagangan global.
Semoga sistem manajemen nasional yang dilakukan mampu membuktikan bahwa semua guncangan ekonomi akibat perang multidimensi ini dapat dihadapi dengan baik sehingga tercapai stabilitas nasional, baik politik, hankam, sosial, budaya maupun ekonominya.**ms**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H