Mohon tunggu...
Mutiara  Shinta
Mutiara Shinta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengenal “Batik Cantik Dari Pelalawan” di Tanoto Scholars Gathering 2016

29 Agustus 2016   14:00 Diperbarui: 29 Agustus 2016   23:28 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanoto Scholars Gathering (TSG) 2016 yang diadakan pada tanggal 16-20 Agustus 2016 lalu menghadirkan berbagai rangkaian acara eduktif dan inspiratif dengan mengusung tema “LEARN and LEAD”, yang diharapkan dapat mengasah potensi-potensi calon pemimpin masa depan Indonesia dari para Tanoto Scholars. Sebanyak hampir 300 mahasiswa dari 32 perguruan tinggi di Indonesia berkumpul di Pangkalan Kerinci Riau untuk menjadi peserta di acara rutin tahunan terbesar persembahan Tanoto Foundation yang didirikan oleh Bapak Sukanto Tanoto ini.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian acara TSG 2016 di pangkalan kerinci, Riau kemarin adalah kunjungan ke beberapa mitra korporasi Tanoto Foundation, yang tergabung dalam Royal Golden Eagle (RGE) Group untuk melihat langsung praktik-praktik sustainibility yang terus mengembangkan sinergi dengan komunitas-komunitas sosial masyarakat di sekitar korporasi mitra Tanoto Foundation. Rumah Batik Andalan Riau adalah salah satunya! Komunitas binaan ini merupakan salah satu hasil dari program Community Development perusahaan APRIL dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar kompleks pangkalan kerinci melalui pelatihan pembuatan batik.

Pada awalnya, bukan perkara mudah mengembangkan batik khas Pelalawan tersebut. Sejak mulai dirintis tahun 2013, mereka anggap ini hanya impian karena masyarakatnya belum mempunyai tradisi membatik turun temurun seperti masyarakat di pulau Jawa. Secara perlahan Rumah kerajinan batik khas Pelalawan ini mulai menemukan identitasnya. Mereka bahkan menghasilkan karya yang memadukan teknik batik Yogya, Solo dan Pekalongan. Ide kreatif para pengrajin makin lancar mengalir untuk mencari motif sendiri yang diilhami alam sekitar. Maka lahirlah motif khas, batik gelombang "Bono" yang diambil dari nama fenomena alam ombak besar di muara Sungai Kampar yang telah lama menjadi andalan wisata di Riau (republika.co.id).

Selain motif Batik Bono yang telah dipatenkan oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKop-UKM), Selama sekitar lebih dari 3 tahun berjalan Rumah Batik Andalan sendiri sudah mampu menciptakan belasan motif batik baru yang memiliki ciri khas Pelalawan yang salah satu contohnya adalah motif batik akasia. Bahkan rencananya Rumah Batik Andalan juga akan segera mengajukan hak cipta untuk motif yang terinspirasi dari bahan baku kertas Paper OneTM pohon akasia tersebut.

Berbicara mengenai sisi ekonomi, para pengrajin batik binaan Rumah Batik Andalan APRIL ini juga tidak perlu khawatir akan permasalahan pasar yang akan menampung hasil produksi mereka, sebab lembaga pemerintahan daerah setempat telah menjadi pelanggan tetap untuk produk-produk yang dihasilkan di rumah batik tersebut. Selain itu, mitra korporasipun sering menjadikan batik-batik tersebut sebagai cinderamata khas Pelalawan. Harga batik yang diproduksipun awalnya Rp 200 ribu per helai ukuran 2,25 meter, kini naik jadi Rp 350 ribu. Seorang pengrajin minimal bisa meraup penghasilan Rp 1 juta hingga maksimal Rp 4 juta per bulan tergantung banyaknya pesanan.

Acara kunjungan yang telah dilakukan dalam rangkaian acara TSG lalu menjembatani para Scolars untuk melihat langsung hasil hasil produksi batik serta proses pembuatannya. Nilai inti yang dapat dipetik dari proses pengerjaan batik adalah kesabaran da kehati-hatian yang kuat untuk memperoleh sebuah hasil yang indah. Kunungan ini sangat inspiratif untuk diterapkan dalam program-program community development di masing-masing asosiasiTanoto Scholars. Melalui kunjungan ini pula dibuktikan secara nyata salah satu nilai perusahaan yang dianut oleh mitra korporasi Tanoto Foundation yaitu Good for The Community. Melalui kunjungan ini pula dapat simpulkan bahwa fungsi batik itu sendiri tidak sekedar untuk mempercantik diri dan menunjukkan identitas kita sebagai orang Indonesia, melainkan juga untuk memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat dari skala yang paling kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun